Rabu, 17 April 2013

Ekstraksi

EKSTRAKSI
Simplisia dapat digunakan secara langsung atau diolah menjadi suatu bentuk sediaan herbal. Untuk memudahkan dalam proses produksi sediaan herbal dilakukan suatu proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan terlepas. Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan dengan proses ekstraksi antara lain:

  • Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
  • Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi

Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Jumlah simplisia yang akan diesktra
  • Derajat kehalusan simplisia

Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga proses ekstraksi akan lebih optimal.

1. Jenis pelarut yang digunakan

Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:

  • Pelarut polar
    Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
  • Pelarut semipolar
    Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform 
  • Pelarut nonpolar
    Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter
Beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi:

  • Tidak toksik dan ramah lingkungan
  • Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia
  • Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
  • Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak
  • Murah/ ekonomis
2. Lama waktu ekstraksi

Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti, semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang didapatkan.

    • Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakanTerdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi berdasarkan penggunaan panas sehingga ada metode ekstraksi dengan cara panas, serta tanpa panas. Metode panas digunakan jika senyawa-senyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan panas. Metode ekstraksi yang membutuhkan panas antara lain:
  • Dekok
    Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90
    °-95°C selama 30 menit.
  • Infus
    Hampir sama dengan dekok, namun dilakukan selama 15 menit.
  • Refluks
    Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian ada yang menguap.
  • Soxhletasi
    Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus yaitu esktraktor Soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan refluks. Metode ini lebih hemat dalam hal pelarut yang digunakan.
  • Coque
    Pe
    nyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung. Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat secara keseluruhan (termasuk ampas) atau hanya digunakan hasil godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.
  • Seduhan
    Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam dengan menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit) seperti halnya membuat teh seduhan.
    • Metode ekstraksi dingin dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia tidak tahan terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
  • Maserasi
    Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam simplisia selama beberapa waktu, umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu dengan menggunakan satu atau campuran pelarut.
  • Perkolasi
    Perkolasi merupakan ekstraksi cara dingin dengan mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
  • Proses Ekstraksi
    Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak. Beberapa proses ekstraksi menghendaki kondisi yang terlindung dari cahaya, ini terutama pada proses ekstraksi bahan-bahan yang mengandung kumarin dan kuinon. Ekstraksi bisa dilakukan secara bets per bets atau secara kontinu. Pada ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara kontinu. Ekstraksi bisa dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses dinamik (dengan pengadukan).
Jenis-jenis Ekstrak

Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.

  • Ekstrak air
    Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air merupakan pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali seperti melalui pemekatan atau proses pengeringan.
  • Tinktur
    Sediaan cari yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi simplisia. Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian menstrum/ekstraktan.
  • Ekstrak cair
  • Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
  • Ekstrak encer
    Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun kadang masih perlu diproses lebih lanjut.
  • Ekstrak kental
    Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan. Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi digunakan, hanya merupakan tahap perantara sebelum diproses kembali menjadi ekstrak kering
  • Ekstrak kering (extract sicca)
    Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian dilanjutkan ke tahap pengeringan. Prose pengeringan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu:

o   Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil

o   Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal

o   Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying

  • Ekstrak minyak
    Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara seperti maserasi.
  • Oleoresin
    Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin (mis. Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya etanol.

Proses Ekstraksi Skala Industri

Terdapat beberapa tahapan dalam proses ekstraksi skala industri, meliputi:

  • Penghalusan/ penggilingan simplisia
  • Ekstraksi tanaman obat
  • Pemurnian ekstrak
  • Pemekatan ekstrak
  • Pengeringan ekstrak
  • Standardisasi ekstrak
  • Pengemasan 

Standardisasi Ekstrak

Ekstrak yang dihasilkan dalam skala industri harus merupakan ekstrak yang sudah terstandar sesuai dengan ketentuan yang berlaku (mengacu pada MMI atau kompendia yang lain seperti Farmakope). Komponen standardisasi ekstrak meliputi:

  • Pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas
  • Pemeriksaan pengotor/ zat asing organik dan anorganik
  • Penentuan susut pengeringan dan kandungan air
  • Penentuan kadar abu
  • Penentuan kadar serat
  • Penentian kadar komponen terekstraksi (kadar sari)
  • Penentuan kadar bahan aktif/ senyawa penanda
  • Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri patogen
  • Pemeriksaan residu pestisida.

Praktikum: Disolusi Obat



Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk  sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut  ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. 
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi. 
Sifat-sifat kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalm tubuh. Oleh karena itu konsentrasi obat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya, pKa dan ikatan proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang harus dipahami untuk mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor difusi dan disolusi obat. 

Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam sirkulasi darah dan akan didistribusikan ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat tersebut memiliki pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya. 

Pada percobaan ini ingin ditentukan konstanta kecepatan disolusi suatu zat. Zat yang akan diukur kecepatan atau laju disolusinya adalah tablet amoksisilin yang melarut ke dalam media disolusi, dimana medium disolusi yang digunakan adalah air suling. Kemudian ditentukan kadarnya dengan menggunakan titrasi alkalimetri dimana titran yang digunakan adalah NaOH dengan penambahan indikator fenolftalein. 
Pelepasan dari bentuk-bentuk sediaan kemudian diabsorbsi dalam tubuh dan dikontrol oleh sifat fisika, kimia obat dan bentuk obat yang diberikan dan juga fisiologis dari sistem biologis. Konsentrasi obat, kelarutan dalam air, ukuran molekul, bentuk kristal, pKa dan ikatan protein adalah faktor-faktor fisika dan kimia yang harus dipahami untuk mendesain pemberian yang menunjukkan suatu karakteristik terkontrol. Lepasnya suatu obat dari sistem pemberian meliputi faktor disolusi dan difusi. 
Proses pelarutan tablet melalui proses disolusi yaitu melarutnya senyawa aktif dari bentuk sediaannya (padat) ke dalam media pelarut. Setelah obat dalam larutan, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam darah dan di bawa ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif memiliki kecepatan pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga semakin cepat, begitu pula sebaliknya. 


Dalam metode ini digunakan metode alkalimetri karena sampel yang digunakan dalam hal ini yaitu amoksisilin bersifat asam sehingga dinetralisasi dengan menggunakan basa (NaOH).
Pada percobaan ini, digunakan air suling sebagai media disolusi karena air merupakan komponen paling besar yang berada di dalam tubuh manusia, jadi obat seakan-akan berdisolusi di dalam tubuh, selain itu karena mengingat kelarutan dari obat yang digunakan. Adapun volume dari labu disolusi  yang digunakan adalah 900 ml. Hal ini dianalogikan terhadap suatu gelembung udara, maka gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan bekerja sebagai barier pada interfase sehingga mengganggu disolusi obat. Adapun suhu yang digunakan, dipertahankan 37° C, dengan maksud agar sesuai dengan suhu fisiologis suhu tubuh manusia. Hal ini sebagai pembanding jika obat tersebut berada dalam tubuh manusia. Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan putarannya sebesar 50 rpm karena ini diumpamakan sebagai kecepatan gerak peristaltik lambung. .
Pada percobaan ini, mula-mula diisi bak disolusi dengan air suling hingga ¾ volumenya. Kemudian diatur suhunya 37ºC dan setelah tercapai suhu tersebut maka dimasukkan air suling yang suhunya 37ºC ke dalam labu disolusi dan obat (tablet amoksisilin) dimasukkan dalam keranjang. Diambil 10 ml pada menit ke 5, 10 dan 15. Setiap pengambilan, volume air suling dalam labu disolusi dicukupkan 900 ml. Pengambilan dilakukan dengan pipet volume yang telah diikat dengan kertas saring. Ia bertujuan untuk mengelakkan molekul-molekul amoksisilin yang tidak larut turut sama diambil.Kemudian larutan yang diambil tersebut dititrasi dengan NaOH dan menggunakan indikator fenolftalein. Dari titrasi tersebut, dicatat volume titrasinya.
Dari hasil perhitungan diperoleh % kelarutan dari amoksisilin, yaitu: pada t = 5’ adalah 17,251 %; pada t = 10’ adalah 26,330 %; pada t = 15’ adalah 41,764. Dari percobaan dapat diketahui konstanta kecepatan atau laju disolusi adalah 0,1796. Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang diperoleh antara lain :
o   Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.
o   Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml.
o   Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel menggunakan pipet volume.
o   Kekeliruan praktikan dalam menentukan volume titrasi dan titik akhir titrasi.
o   Kekeliruan prosedur penentuan kadar
o    Indikator yang digunakan sudah rusak.
o   Suhu yang dipakai tidak tepat.

Tablet



2.1. PengertianTablet
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa ­ cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Kebanyakan dari tablet digunakan pada pemberian peroral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan ­ lapisan berbagai jenis.
Penggunaan kata tablet sendiri secara umum merujuk pada tablet obat. Tablet obat juga sering disebut pil. Produk lain yang juga diproduksi dalam bentuk tablet yang akan larut antara lain adalah produk ­ produk pembersih dan penghilang bau.
Tablet dibuat dengan cara kompresi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat dengan cara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan berbentuk serbuk dan granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dan jenis tablet yang dibuat serta produksi yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan tablet dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang dibentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering.

2.2. Jenis ­ Jenis Tablet 

1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti :
  • Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
    • Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili, amilum
  • Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b.   Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi

a.   Tablet Implantasi/Pelet

Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat. Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril.
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

2.3. Evalusi Tablet Kompresi
Sifat dan kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang digunakan mengkompresi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang cembung maka tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin cekung punch semakin cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau empat bagian sehingga mudah dipotong ­ potong secara tepat untuk klien.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikan dalam cetakan dalam jumlah tekanan waktu diwaktukan kompresi. Termasuk dalam hal ini, belah tablet, tebal tablet, kekerasan tablet, daya hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan dan untuk beberapa tablet dan kelarutan tablet. Faktor ­ faktor ini harus diperiksa dan diproduksi satu batch tablet seperti juga dilakukan dari suatu batch produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin keseragaman bukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya.
Berat tablet
Jumlah bahan yang diisikan didalam cetakan yang akan dimasukan akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan (granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan harus disesuaikan beberapa tablet yang diharapkan.
Sebenarnya ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga  tergantung pada garis tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompresi).
Ketebalan tablet
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebalnya selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan. Tablet diukur dengan jangka lengkung selama proses produksi, supaya yakin ketebalanya sudah selesai. Maka berbeda ­ bedanya ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yang dapat dimasukan dari pada oleh tekanan yang diberikan.
Kekerasan tablet
Tidak jarang tablet kompresi menggunakan tekanan lebih kecil dari 3000 dan lebih besar 40000 pound dalam produksi. Umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut akan menghancur dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipertahankan diantara jari ­ jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaianya.
Dalam bidang industry kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu produksi supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatanya. Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet ini dengan memakai sebuah friabilator. Ketahanan terhadap kehilangan bera, menunjukan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dan penaganan, pengemasan dan penglepasan.
Daya hancur tablet
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk di absorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya kedalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung bahan obat (seperti antasida dan antidiare) yang dapat dimaksudkan untuk di absorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna, dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal didalam tubuh.
Disolusi tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam masing ­ masing monografi obat. Pengujiaan merupakan alat yang objektif dalam menentukan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat. Karena absoropsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh dan tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.
Dengan bertambahnya perhatian dan pengujiannya disolusi dan penetuanya bioavaibilitas dari obat dengan bentuk sediaan padat menuju pada pendahuluan dari sistem yang sempurna bagi analisis dan pengujian disolusi tablet.

2.4. Pembuatan Tablet Secara Umum
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa :
  1. Zat pengisi (diluent) dimasukan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii phospas, Calcii carbonas dan zat lain yang cocok.
  2. Zat pengikat (binder) dimasukan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya digunakan mucilage 10 ­ 20% (panas, solutio, methylcellulosum 5%).
  3. Zat penghancur (disintegrator) dimasukan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya digunakan amylum manihot kering, glatinum, agar ­ agar, natrium alginate.
  4. Zat pelican (lubrikan) dimasukan agar tablet tidak melekat pada cetakan. Biasanya digunakan, magnesium stearat, acidum stearicum.
Dalam pembuatan tablet, zat bekhasiat, zat ­ zat lain, kecuali zat pelican dibuat granul, karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet, maka dibuat granul agar mudah mengalir, mengisi cetakan serta agar tablet tidak retak.

2.6.  Metode Tablet Cetak Langsung
Prinsip pembuatan tablet dengan cetak langsung yaitu menambahkan zat aktif dengan eksipien yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Metode ini ditunjukan untuk zat aktif dengan dosis yang relativ kecil.
Salah satu eksipien yang banyak digunakan dalam proses cetak langsung adalah mikokristalin selulosa, karena mempunyai daya ikat tablet yang sangat baik dan waktu hancur tablet relative singkat. Mikrokristalin selulosa yang beredar dipasaran adalah produk impor yang mahal, sehingga berakibat pada mahalnya produk tablet yang dihasilkan.  Mikrokristalin selulosa adalah hasil olahan dari selulosa alami yang dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari tumbuhan atau hasil fermentasi. Nata de Coco merupakan sumber selulosa yang diproduksi sebagai hasil fermentasi Acetobacter xylinum dalam subtrat air kelapa. Selulosa bakteri identik dengan selulosa yang berasal dari tumbuhan. Kelebihan selulosa yang berasal dari nata de coco dibandingkan sumber selulosa lain, karena tidak bercampur dengan lignin dan hemiselulosa. Untuk menghasilkan Mikrokristalin selulosa dengan harga murah, maka dilakukan pemanfaatan selulosa nata de coco menjadi Mikrokristalin selulosa.
Isolasi dengan metode ekstraksi menggunakan natrium hidroksida 18% menghasilkan ­ selulosa dengan rendemen sebesar 93,48%, kemudian hidrolisa ­ selulosa menggunakan Asam Klorida 2,5 N menghasilkan Mikrokristalin selulosa dibanding dengan Avicel® pH 102 mempunyai spectrum inframerah dan sinar ­ x yang mirip serta rumus kimia yang sama yaitu C6H10O5.
Disarankan untuk membuat uji coba dalam skala produk untuk mengetahui konsistensi dan efisiensi proses produksi agar bisa diterapkan untuk skala industri kecil atau menengah.

2.7. Keuntungan dan Kerugiaan Metode Cetak langsung
  1. Keuntungan metode cetak langsung
  1. Ekonomis,karena terjadi reduksi waktu pelaksanaan proses percetakan, ongkos produksi, tahap pembuatan, jenis alat, ruang yang dibutuhkan dan jumlah tenaga kerja yang melakukan proses tersebut.
  2. Adanya eliminasi panas dan lembab yang sangat bermanfaat untuk mencetak zat aktif yang peka terhadap panas dan lembab.
  3. Mempercepat disolusi yang merupakan suatu proses optimasi disintegrasi tablet.
  4. Stabil
  5. Ukuran partikel seragam
  6. Teknologi
  7. Untuk zat aktif
  • i.      Dosis rendah < 50 mg
    • Kerugian metode cetak langsung
Keseragaman distribusi obat akan menjadi, kemungkinan tidak tercampur dengan bahan tambahan atau terjadi pemisahan selama proses pencetakan.
  • ii.      Dosis tinggi
Senyawa ­ senyawa dengan bulk volume besar, kompresibilitas rendah dan aliran buruk tidak mungkin dicetak dengan metode cetak langsung.
  1. Pemilihan zat tambahan sangat kritis dimana pengisi dan pengikat harus mempunyai kompresibilitas dan sifat alir yang baik.
  2. Dapat terjadi pemisahan setelah proses pencampuran dengan berkurang lembab dapat meningkatkan muatan elektrostatik sehingga dapat menyebabkan pemisahan.
FORMULASI
3.1. Formulasi Cetak Langsung
Bahan
Kelompok C
Vitamin C
Pharmatose DCL
Avicel 101
HPC ­ LM
Amilum
Aerosil
Talk
Mg Stearat
100 mg
Qs
Qs
4%
5%
0,25%
1,5%
1%

2.7. Uraian Bahan
  1. Acidum Ascorbium
1)      Sinonim           :           Asam Askorbat, Vitamin C
2)      Fungsi                         :           Antiskorbut
3)      Pemerian         :           Serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak  berbau rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.
4)            Kelarutan     :           Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P.
5)      Dosis               :           DL : 1h = 75 mg ­ 1 g  biasanya 500 mg
Dosis pemeliharaan sehari 60 mg.
  1. Amilum (Ph. Excipient)
1)      Sinonim           :           Strach, Amidon, Amilo, Pure ­ Gel
2)      Fungsi                         :           Glidant, Binder, tablet dan kapsul Disintegrant
3)      Pemerian         :           Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk berwarna putih dengan ukuran yang bervariasi.
4)      Konsentrasi     :           Binder  = 5 ­ 25%
Tablet Disintegrant  = 3 ­ 15%
  1. Avicel 101 (Ph. Excipient)
1)      Sinonim           :           Cellulosa gel, fibrocel, tabulose, vivapur
2)      Fungsi             :           Tablet disintegrant, diluent tablet dan kapsul
3)      Pemerian         :           Serbuk putih bersih, tidak berbau, tidak berasa, campuran serbuk kristal dan partikel berpori. Dipasarkan dalam ukuran yang berbeda dan ukuran kelembutan disesuaikan dengan penggunaan yang berbeda pula.
4)      Konsentrasi     :           Anti adherent  = 5 ­ 20%
Tablet Disintegrant  = 5 ­ 15%
Tablet Binder/Diluent  = 20 ­ 90%
  1. Talk (FI III)
1)      Sinonim           :           Talcum, steatite, E 5536, Altalc
2)      Fungsi             :           Glidant, tablet dan kapsul diluent, tablet dan kapsul lubrikan.
3)      Pemerian         :           Sebuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
4)      Konsentrasi     :           Lubricant  = 5 ­ 10%
  1. Mg Staearat (FI III)
1)      Sinonim           :           Magnesii stearas
2)      Fungsi                         :           Lubricant (pelican)
3)      Pemerian         :           Serbuk putih, halus, licin, dan mudah melekat pada kulit, bau khas lemah.
4)      Konsentrasi     :           0,5 ­ 2%
  1. Aerosil (Ph. Excipient)
1)      Sinonim          :            Colloidal Silicon Dioxide, Cab­o­sil, colloidal silica, Cab­o­sil M ­ 5P
2)      Fungsi            :           Glidant, tablet disintegrant
3)      Pemerian         :           Berbentuk silica submikroskopik dengan ukuran partikel ± 15 nm, berwarna mengkilat, berbentuk hablur, warna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf.
4)      Konsentrasi     :           Glidant  = 0,1 ­ 0,5%
  1. Hydroxipropyl cellulose, Low ­ substituted (HPC ­ LM)
1)      Sinonim           :           Hydroproluse, low ­ substituted
2)      Fungsi             :           Pada tablet dan kapsul sebagai disintegrant, pada tablet sebagai binder.
3)      Pemerian         :           Serbuk putih atau granul, putih hingga kekuningan, agak berbau,agak berasa.
4)      Konsentrasi     :           5 ­ 25%

3.3.  Penimbangan Formula
Formula C
Dibuat 200 tablet @300 mg
Berat total          = 200 tab x 300 mg     = 60 g
Vitamin C          = 100 mg x 200 tab     = 20 g
HPC-LM            = 4 % x 60 g                = 2,4 g
Amilum  = 5 % x 60 g                = 3 g
Aerosil                = 0,25 % x 60 g           = 0,15 g
Talk                    = 1,5 % x 60 g             = 0,9 g
Mg Stearat         = 1 % x 60 g                = 0,6 g
+
27,05 g
Sehingga di dapat  Avicel  101 yang diperlukan
= 60 g – 27,05 g = 32,95 g

3.4. Cara Kerja
3.4.1. Cara Kerja Kempa Langsung
  1. Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula.
    1. Vitamin C ditambahkan Avicel 101, HPC-LM, amilum, aerosil aduk hingga homogen selama 15 menit, diayak melalui ayakan mesh 40.
    2. Ditambahkan talkum dan Magnesium stearat melalui ayakan mesh 40 diaduk hingga homogen selama 5 menit.
    3. Dilakukan evaluasi terhadap massa 3, meliputi uji aliran granul dan uji compressibilitas (bulk density).
    4. Dicetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata tablet 300 mg dan diameter 10 mm.
    5. Dilakukan evaluasi terhadap tablet meliputi uji kekerasan, kerenyahan, waktu hancur, dan keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter).
  2. Dibuat desain kemasan tablet seperti contoh.
3.4.2. Cara kerja Evaluasi Tablet

a.   Keseragaman Bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata ­ rata tiap tablet. Jika ditimbang satu ­ persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata ­ rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata ­ rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata ­ rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.
Bobot rata ­ rata
Penyimpangan Bobot rata ­ rata (%)
A
B
25 mg atau kurang
26 mg ­ 150 mg
151 mg ­ 300 mg
Lebih dari 300 mg
15
10
7,5
5
30
20
15
10

b.   Kekerasan
Ambil 20 tab,et ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata ­ rata dan SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2.

c.   Keseragaman Ukuran
Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong. Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1979.Farmakope Indonesia Ed. III.Depkes RI : Jakarta
Anonim,1995.Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI : Jakarta
Wade,A & Weller,P.J.1995. Handbook of Pharmacetuical Excipient. Pharmaceutical Press : London
Lachman L,1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed 2.Gadjah Mada University
: Yogyakarta
Voigt,Rudolf.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Industri.UI Press : Jakarta