Rabu, 17 April 2013

Tablet



2.1. PengertianTablet
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa ­ cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Kebanyakan dari tablet digunakan pada pemberian peroral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan ­ lapisan berbagai jenis.
Penggunaan kata tablet sendiri secara umum merujuk pada tablet obat. Tablet obat juga sering disebut pil. Produk lain yang juga diproduksi dalam bentuk tablet yang akan larut antara lain adalah produk ­ produk pembersih dan penghilang bau.
Tablet dibuat dengan cara kompresi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat dengan cara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan berbentuk serbuk dan granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dan jenis tablet yang dibuat serta produksi yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan tablet dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang dibentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering.

2.2. Jenis ­ Jenis Tablet 

1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti :
  • Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
    • Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili, amilum
  • Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b.   Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi

a.   Tablet Implantasi/Pelet

Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat. Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril.
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

2.3. Evalusi Tablet Kompresi
Sifat dan kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yang digunakan mengkompresi (menekan) tablet. Bila punchnya kurang cembung maka tablet yang dihasilkan lebih datar, sebaliknya semakin cekung punch semakin cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua atau empat bagian sehingga mudah dipotong ­ potong secara tepat untuk klien.
Ketebalan tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikan dalam cetakan dalam jumlah tekanan waktu diwaktukan kompresi. Termasuk dalam hal ini, belah tablet, tebal tablet, kekerasan tablet, daya hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan dan untuk beberapa tablet dan kelarutan tablet. Faktor ­ faktor ini harus diperiksa dan diproduksi satu batch tablet seperti juga dilakukan dari suatu batch produksi kebatch produksi berikutnya untuk menjamin keseragaman bukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya.
Berat tablet
Jumlah bahan yang diisikan didalam cetakan yang akan dimasukan akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan (granul/serbuk) yang mungkin masuk dalam cetakan harus disesuaikan beberapa tablet yang diharapkan.
Sebenarnya ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga  tergantung pada garis tengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompresi).
Ketebalan tablet
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebalnya selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan. Tablet diukur dengan jangka lengkung selama proses produksi, supaya yakin ketebalanya sudah selesai. Maka berbeda ­ bedanya ketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yang dapat dimasukan dari pada oleh tekanan yang diberikan.
Kekerasan tablet
Tidak jarang tablet kompresi menggunakan tekanan lebih kecil dari 3000 dan lebih besar 40000 pound dalam produksi. Umumnya semakin besar tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul menentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dengan kapal dan waktu ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut akan menghancur dengan sempurna begitu digunakan atau dapat dipertahankan diantara jari ­ jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaianya.
Dalam bidang industry kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg. Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu produksi supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatanya. Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet ini dengan memakai sebuah friabilator. Ketahanan terhadap kehilangan bera, menunjukan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dan penaganan, pengemasan dan penglepasan.
Daya hancur tablet
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk di absorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya kedalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung bahan obat (seperti antasida dan antidiare) yang dapat dimaksudkan untuk di absorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna, dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal didalam tubuh.
Disolusi tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakan dalam masing ­ masing monografi obat. Pengujiaan merupakan alat yang objektif dalam menentukan sifat disolusi suatu obat yang berada dalam sediaan padat. Karena absoropsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh dan tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.
Dengan bertambahnya perhatian dan pengujiannya disolusi dan penetuanya bioavaibilitas dari obat dengan bentuk sediaan padat menuju pada pendahuluan dari sistem yang sempurna bagi analisis dan pengujian disolusi tablet.

2.4. Pembuatan Tablet Secara Umum
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa :
  1. Zat pengisi (diluent) dimasukan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii phospas, Calcii carbonas dan zat lain yang cocok.
  2. Zat pengikat (binder) dimasukan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Biasanya digunakan mucilage 10 ­ 20% (panas, solutio, methylcellulosum 5%).
  3. Zat penghancur (disintegrator) dimasukan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya digunakan amylum manihot kering, glatinum, agar ­ agar, natrium alginate.
  4. Zat pelican (lubrikan) dimasukan agar tablet tidak melekat pada cetakan. Biasanya digunakan, magnesium stearat, acidum stearicum.
Dalam pembuatan tablet, zat bekhasiat, zat ­ zat lain, kecuali zat pelican dibuat granul, karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet, maka dibuat granul agar mudah mengalir, mengisi cetakan serta agar tablet tidak retak.

2.6.  Metode Tablet Cetak Langsung
Prinsip pembuatan tablet dengan cetak langsung yaitu menambahkan zat aktif dengan eksipien yang mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Metode ini ditunjukan untuk zat aktif dengan dosis yang relativ kecil.
Salah satu eksipien yang banyak digunakan dalam proses cetak langsung adalah mikokristalin selulosa, karena mempunyai daya ikat tablet yang sangat baik dan waktu hancur tablet relative singkat. Mikrokristalin selulosa yang beredar dipasaran adalah produk impor yang mahal, sehingga berakibat pada mahalnya produk tablet yang dihasilkan.  Mikrokristalin selulosa adalah hasil olahan dari selulosa alami yang dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari tumbuhan atau hasil fermentasi. Nata de Coco merupakan sumber selulosa yang diproduksi sebagai hasil fermentasi Acetobacter xylinum dalam subtrat air kelapa. Selulosa bakteri identik dengan selulosa yang berasal dari tumbuhan. Kelebihan selulosa yang berasal dari nata de coco dibandingkan sumber selulosa lain, karena tidak bercampur dengan lignin dan hemiselulosa. Untuk menghasilkan Mikrokristalin selulosa dengan harga murah, maka dilakukan pemanfaatan selulosa nata de coco menjadi Mikrokristalin selulosa.
Isolasi dengan metode ekstraksi menggunakan natrium hidroksida 18% menghasilkan ­ selulosa dengan rendemen sebesar 93,48%, kemudian hidrolisa ­ selulosa menggunakan Asam Klorida 2,5 N menghasilkan Mikrokristalin selulosa dibanding dengan Avicel® pH 102 mempunyai spectrum inframerah dan sinar ­ x yang mirip serta rumus kimia yang sama yaitu C6H10O5.
Disarankan untuk membuat uji coba dalam skala produk untuk mengetahui konsistensi dan efisiensi proses produksi agar bisa diterapkan untuk skala industri kecil atau menengah.

2.7. Keuntungan dan Kerugiaan Metode Cetak langsung
  1. Keuntungan metode cetak langsung
  1. Ekonomis,karena terjadi reduksi waktu pelaksanaan proses percetakan, ongkos produksi, tahap pembuatan, jenis alat, ruang yang dibutuhkan dan jumlah tenaga kerja yang melakukan proses tersebut.
  2. Adanya eliminasi panas dan lembab yang sangat bermanfaat untuk mencetak zat aktif yang peka terhadap panas dan lembab.
  3. Mempercepat disolusi yang merupakan suatu proses optimasi disintegrasi tablet.
  4. Stabil
  5. Ukuran partikel seragam
  6. Teknologi
  7. Untuk zat aktif
  • i.      Dosis rendah < 50 mg
    • Kerugian metode cetak langsung
Keseragaman distribusi obat akan menjadi, kemungkinan tidak tercampur dengan bahan tambahan atau terjadi pemisahan selama proses pencetakan.
  • ii.      Dosis tinggi
Senyawa ­ senyawa dengan bulk volume besar, kompresibilitas rendah dan aliran buruk tidak mungkin dicetak dengan metode cetak langsung.
  1. Pemilihan zat tambahan sangat kritis dimana pengisi dan pengikat harus mempunyai kompresibilitas dan sifat alir yang baik.
  2. Dapat terjadi pemisahan setelah proses pencampuran dengan berkurang lembab dapat meningkatkan muatan elektrostatik sehingga dapat menyebabkan pemisahan.
FORMULASI
3.1. Formulasi Cetak Langsung
Bahan
Kelompok C
Vitamin C
Pharmatose DCL
Avicel 101
HPC ­ LM
Amilum
Aerosil
Talk
Mg Stearat
100 mg
Qs
Qs
4%
5%
0,25%
1,5%
1%

2.7. Uraian Bahan
  1. Acidum Ascorbium
1)      Sinonim           :           Asam Askorbat, Vitamin C
2)      Fungsi                         :           Antiskorbut
3)      Pemerian         :           Serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak  berbau rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap diudara, dalam larutan cepat teroksidasi.
4)            Kelarutan     :           Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P.
5)      Dosis               :           DL : 1h = 75 mg ­ 1 g  biasanya 500 mg
Dosis pemeliharaan sehari 60 mg.
  1. Amilum (Ph. Excipient)
1)      Sinonim           :           Strach, Amidon, Amilo, Pure ­ Gel
2)      Fungsi                         :           Glidant, Binder, tablet dan kapsul Disintegrant
3)      Pemerian         :           Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk berwarna putih dengan ukuran yang bervariasi.
4)      Konsentrasi     :           Binder  = 5 ­ 25%
Tablet Disintegrant  = 3 ­ 15%
  1. Avicel 101 (Ph. Excipient)
1)      Sinonim           :           Cellulosa gel, fibrocel, tabulose, vivapur
2)      Fungsi             :           Tablet disintegrant, diluent tablet dan kapsul
3)      Pemerian         :           Serbuk putih bersih, tidak berbau, tidak berasa, campuran serbuk kristal dan partikel berpori. Dipasarkan dalam ukuran yang berbeda dan ukuran kelembutan disesuaikan dengan penggunaan yang berbeda pula.
4)      Konsentrasi     :           Anti adherent  = 5 ­ 20%
Tablet Disintegrant  = 5 ­ 15%
Tablet Binder/Diluent  = 20 ­ 90%
  1. Talk (FI III)
1)      Sinonim           :           Talcum, steatite, E 5536, Altalc
2)      Fungsi             :           Glidant, tablet dan kapsul diluent, tablet dan kapsul lubrikan.
3)      Pemerian         :           Sebuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih kelabu.
4)      Konsentrasi     :           Lubricant  = 5 ­ 10%
  1. Mg Staearat (FI III)
1)      Sinonim           :           Magnesii stearas
2)      Fungsi                         :           Lubricant (pelican)
3)      Pemerian         :           Serbuk putih, halus, licin, dan mudah melekat pada kulit, bau khas lemah.
4)      Konsentrasi     :           0,5 ­ 2%
  1. Aerosil (Ph. Excipient)
1)      Sinonim          :            Colloidal Silicon Dioxide, Cab­o­sil, colloidal silica, Cab­o­sil M ­ 5P
2)      Fungsi            :           Glidant, tablet disintegrant
3)      Pemerian         :           Berbentuk silica submikroskopik dengan ukuran partikel ± 15 nm, berwarna mengkilat, berbentuk hablur, warna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf.
4)      Konsentrasi     :           Glidant  = 0,1 ­ 0,5%
  1. Hydroxipropyl cellulose, Low ­ substituted (HPC ­ LM)
1)      Sinonim           :           Hydroproluse, low ­ substituted
2)      Fungsi             :           Pada tablet dan kapsul sebagai disintegrant, pada tablet sebagai binder.
3)      Pemerian         :           Serbuk putih atau granul, putih hingga kekuningan, agak berbau,agak berasa.
4)      Konsentrasi     :           5 ­ 25%

3.3.  Penimbangan Formula
Formula C
Dibuat 200 tablet @300 mg
Berat total          = 200 tab x 300 mg     = 60 g
Vitamin C          = 100 mg x 200 tab     = 20 g
HPC-LM            = 4 % x 60 g                = 2,4 g
Amilum  = 5 % x 60 g                = 3 g
Aerosil                = 0,25 % x 60 g           = 0,15 g
Talk                    = 1,5 % x 60 g             = 0,9 g
Mg Stearat         = 1 % x 60 g                = 0,6 g
+
27,05 g
Sehingga di dapat  Avicel  101 yang diperlukan
= 60 g – 27,05 g = 32,95 g

3.4. Cara Kerja
3.4.1. Cara Kerja Kempa Langsung
  1. Ditimbang semua bahan sesuai dengan formula.
    1. Vitamin C ditambahkan Avicel 101, HPC-LM, amilum, aerosil aduk hingga homogen selama 15 menit, diayak melalui ayakan mesh 40.
    2. Ditambahkan talkum dan Magnesium stearat melalui ayakan mesh 40 diaduk hingga homogen selama 5 menit.
    3. Dilakukan evaluasi terhadap massa 3, meliputi uji aliran granul dan uji compressibilitas (bulk density).
    4. Dicetak dengan mesin tablet single punch dengan bobot rata-rata tablet 300 mg dan diameter 10 mm.
    5. Dilakukan evaluasi terhadap tablet meliputi uji kekerasan, kerenyahan, waktu hancur, dan keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter).
  2. Dibuat desain kemasan tablet seperti contoh.
3.4.2. Cara kerja Evaluasi Tablet

a.   Keseragaman Bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata ­ rata tiap tablet. Jika ditimbang satu ­ persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata ­ rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata ­ rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata ­ rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.
Bobot rata ­ rata
Penyimpangan Bobot rata ­ rata (%)
A
B
25 mg atau kurang
26 mg ­ 150 mg
151 mg ­ 300 mg
Lebih dari 300 mg
15
10
7,5
5
30
20
15
10

b.   Kekerasan
Ambil 20 tab,et ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata ­ rata dan SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10 kg/cm2.

c.   Keseragaman Ukuran
Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong. Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak lebih besar dari 50% diameter.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1979.Farmakope Indonesia Ed. III.Depkes RI : Jakarta
Anonim,1995.Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI : Jakarta
Wade,A & Weller,P.J.1995. Handbook of Pharmacetuical Excipient. Pharmaceutical Press : London
Lachman L,1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri Ed 2.Gadjah Mada University
: Yogyakarta
Voigt,Rudolf.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Industri.UI Press : Jakarta

1 komentar: