Disolusi obat adalah suatu proses
pelarutan senyawa aktif dari bentuk
sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat
penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan
zat tersebut melarut ke dalam media
pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh.
Suatu
bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut
dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak
dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau
tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum. Daya larut
yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan
lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti
mikronisasi obat atau kompleksasi.
Sifat-sifat
kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis
mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalm tubuh. Oleh karena itu
konsentrasi obat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya, pKa dan
ikatan proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang harus dipahami
untuk mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor difusi dan disolusi
obat.
Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam sirkulasi darah dan akan didistribusikan ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat tersebut memiliki pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.
Pada percobaan ini ingin ditentukan konstanta kecepatan disolusi suatu zat. Zat yang akan diukur kecepatan atau laju disolusinya adalah tablet amoksisilin yang melarut ke dalam media disolusi, dimana medium disolusi yang digunakan adalah air suling. Kemudian ditentukan kadarnya dengan menggunakan titrasi alkalimetri dimana titran yang digunakan adalah NaOH dengan penambahan indikator fenolftalein.
Pelepasan dari bentuk-bentuk sediaan kemudian diabsorbsi dalam tubuh dan dikontrol oleh sifat fisika, kimia obat dan bentuk obat yang diberikan dan juga fisiologis dari sistem biologis. Konsentrasi obat, kelarutan dalam air, ukuran molekul, bentuk kristal, pKa dan ikatan protein adalah faktor-faktor fisika dan kimia yang harus dipahami untuk mendesain pemberian yang menunjukkan suatu karakteristik terkontrol. Lepasnya suatu obat dari sistem pemberian meliputi faktor disolusi dan difusi.Proses pelarutan tablet melalui proses disolusi yaitu melarutnya senyawa aktif dari bentuk sediaannya (padat) ke dalam media pelarut. Setelah obat dalam larutan, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam darah dan di bawa ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif memiliki kecepatan pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga semakin cepat, begitu pula sebaliknya.
Dalam metode
ini digunakan metode alkalimetri karena sampel yang digunakan dalam hal ini
yaitu amoksisilin bersifat asam sehingga dinetralisasi dengan menggunakan basa
(NaOH).
Pada percobaan ini, digunakan air
suling sebagai media disolusi karena air merupakan komponen paling besar yang
berada di dalam tubuh manusia, jadi obat seakan-akan berdisolusi di dalam
tubuh, selain itu karena mengingat kelarutan dari obat yang digunakan. Adapun
volume dari labu disolusi yang digunakan
adalah 900 ml. Hal ini dianalogikan terhadap suatu gelembung udara, maka
gelembung udara tersebut akan masuk ke pori-pori dan bekerja sebagai barier
pada interfase sehingga mengganggu disolusi obat. Adapun suhu yang digunakan,
dipertahankan 37° C, dengan maksud agar sesuai dengan suhu fisiologis suhu
tubuh manusia. Hal ini sebagai pembanding jika obat tersebut berada dalam tubuh
manusia. Selain itu alat disolusi juga diatur kecepatan putarannya sebesar 50
rpm karena ini diumpamakan sebagai kecepatan gerak peristaltik lambung. .
Pada percobaan
ini, mula-mula diisi bak disolusi dengan air suling hingga ¾ volumenya.
Kemudian diatur suhunya 37ºC dan setelah tercapai suhu tersebut maka dimasukkan
air suling yang suhunya 37ºC ke dalam labu disolusi dan obat (tablet
amoksisilin) dimasukkan dalam keranjang. Diambil 10 ml pada menit ke 5, 10 dan
15. Setiap pengambilan, volume air suling dalam labu disolusi dicukupkan 900
ml. Pengambilan dilakukan dengan pipet volume yang telah diikat dengan kertas
saring. Ia bertujuan untuk mengelakkan molekul-molekul amoksisilin yang tidak
larut turut sama diambil.Kemudian larutan yang diambil tersebut dititrasi
dengan NaOH dan menggunakan indikator fenolftalein. Dari titrasi tersebut,
dicatat volume titrasinya.
Dari hasil
perhitungan diperoleh % kelarutan dari amoksisilin, yaitu: pada t = 5’ adalah
17,251 %; pada t = 10’ adalah 26,330 %; pada t = 15’ adalah 41,764. Dari
percobaan dapat diketahui konstanta kecepatan atau laju disolusi adalah 0,1796. Faktor-faktor kesalahan yang mungkin
mempengaruhi hasil yang diperoleh antara lain :
o Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.o Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml.
o Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel menggunakan pipet volume.
o Kekeliruan praktikan dalam menentukan volume titrasi dan titik akhir titrasi.
o Kekeliruan prosedur penentuan kadar
o Indikator yang digunakan sudah rusak.
o Suhu yang dipakai tidak tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar