Sabtu, 12 November 2011

Penyusutan Otak Karena Merokok, Obesitas dan Diabetes

Beberapa hal penting yang perlu bahkan wajib untuk diketahui akan penyebab otak menciut atau menyusut lebih cepat. Peneliti menemukan bahwa merokok, diabetes dan obesitas bisa membuat otak menciut lebih cepat.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa merokok, obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi bisa membuat otak menyusut dan menyebabkan penurunan mental hingga 1 dekade kemudian. Hal ini karena faktor-faktor tersebut berpotensi bahaya terhadap perubahan di dalam otak. Studi ini dilakukan oleh peneliti dari University of California dengan melibatkan 1.352 peserta yang rata-rata berusia 54 tahun dan dimulai sejak tahun 1971. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Neurology."Kita tidak bisa menyembuhkan penyakit akibat otak yang menciut, tapi memiliki tubuh dan pikiran yang sehat bisa memberikan manfaat nyata. Orang-orang harus berhenti merokok, mengontrol tekanan darah, menghindari diabetes dan menurunkan tekanan darah," ujar Dr Charles Decarli direktur UC Davis' Alzheimer's Disease Center, seperti dikutip dari HealthDay, Selasa (2/8/2011).

Dalam studi ini semua partisipan melakukan tes tekanan darah, kolesterol, diabetes, massa tubuh dan juga lingkar pinggang. Lalu partisipan menjalani scan MRI otak selama 10 tahun.Diketahui orang dengan tekanan darah tinggi mengalami nilai tes perencanaan dan pengambilan keputusan yang buruk, orang dengan diabetes mengalami penyusutan otak di daerah hippocampus lebih cepat daripada yang tidak.

Orang yang merokok akan kehilangan volume otak secara keseluruhan dan penyusutan hippocampus lebih cepat dibanding non-perokok sehingga lebih cepat mengalami kerusakan area vaskular di otak, sedangkan orang dengan obesitas mengalami penurunan dalam tes fungsi eksekutif dan penurunan volume otak yang lebih cepat."Saya pikir ini sebuah studi penting yang mengkonfirmasi bahwa ada hal-hal tertentu yang bisa berdampak 10, 20 dan 30 tahun ke depan," ujar Dr Raj Shah, direktur medis dari Rush Memory Clinic di Chicago.


Sumber: detikhealth dan kompashealth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar