1. Pendahuluan
Bunga (flos) atau kembang adalah
struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup").
Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga
dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau
inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam
satu karangan. D`lam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk
disebut floret. Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah
pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa
biji.
Fungsi biologi bunga adalah sebagai
wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk
menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang diikuti dengan
pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji. Beberapa bunga memiliki warna
yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu
penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas,
juga untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan. Manusia sejak lama
terpikat oleh bunga, khususnya yang berwarna-warni. Bunga menjadi salah satu
penentu nilai suatu tumbuhan sebagai tanaman hias.
Secara morfologis, bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan
secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan
tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air. Bunga hampir
selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu
takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya: aktinomorf ("berbentuk bintang",
simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak
dijumpai.
Bunga disebut bunga sempurna bila
memiliki alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik)
secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga banci
atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua
bagian utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah
sebagai berikut:
1)
Kelopak bunga atau calyx;
2)
Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis
dan dapat berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses penyerbukan;
3)
Alat
kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa benang sari;
4)
Alat
kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah
wanita") berupa putik.
Sedangkan bagian bunga sempurna adalah sebagi berikut ini :
Gambar 1. Bagian
bagian bunga sempurna
Keterangan:
1. Bunga sempurna,
2. Kepala putik (stigma)
3. Tangkai putik (stilus),
4. Tangkai sari (filament, bagian dari
benang sari),
5. Sumbu bunga (axis),
6. Artikulasi,
7. Tangkai bunga (pedicel),
8. Kelenjar nektar,
9. Benang sari (stamen),
10. Bakal buah (ovum),
11. Bakal biji (ovulum),
12. Serbuk sari (pollen),
13. Serbuk sari (pollen),
14. Kepala sari (anther),
15. Perhiasan bunga (periantheum),
16. Mahkota bunga (corolla),
17. Kelopak bunga (calyx)
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah
bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa
gamet betina) di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan
bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Sedangkan organ reproduksi jantan
adalah berupa benang sari atau stamen (dari kata Latin stamen, 'benang pintal').
Setiap benang sari umumnya terdiri dari tangkai sari atau filamen (dari kata
Latin filum, 'benang'), dan, pada ujung tangkai sari, kepala sari atau anter
(dari kata Yunani kuna anthera, 'dari bunga'). Anter biasanya terdiri dari
empat kotak sari, disebut mikrosporangia.
Perkembangan mikrosporangia dan spora
haploid yang terkandung di
dalamnya (yaitu serbuk sari)
mirip dengan mikrosporangia pada tumbuhan gimnosperma seperti pinus dan lumut. Serbuk sari dilepaskan dari anter, lalu jatuh, atau terbawa
oleh agen eksternal à angin, air, atau hewan à ke putik bunga yang sama maupun bunga lain sehingga terjadi
penyerbukan.
Serbuk sari atau pollen merupakan
alat penyebaran dan perbanyakan generatif dari tumbuhan berbunga. Serbuk sari merupakan modifikasi dari sel sperma. Secara sitnlogi, serbuk
sari merupakan sel dengan tiga nukleus, yang masing-masing dinamakan
inti vegetatif, inti generatif I dan inti generatif II. Sel dalam serbuk sari
dilindungi oleh dua lapisan (disebut intine untuk yang di dalam dan exine yang
di bagian luar) untuk mencegahnya mengalami dehidrasi, karena serbuk sari tidak
tahan hidup lama di alam bebas.
Serbuk
sari atau pollen itu sendiri bukan merupakan gamet laki-laki, tetapi
masing-masing berisi buthr serbuk sari vegetatif (non-reproduktif) sel-sel
(hanya satu sel di sebagian besar tumbuhan berbunga tetapi beberapa tumbuhan
lain) dan generatif (reproduktif) sel yang mengandung dua nukleus: tabung inti
(yang memproduksi tabung serbuk sari) dan inti generatif (yang membagi untuk
membentuk dua sel sperma). Sekelompok sel yang dikelilingi oleh selulosa dinding
sel yang kaya disebut intin, dan tahan dinding luar sebagian besar terdiri dari
sporopollenin disebut eksin. Serbuk sari diproduksi dalam microsporangium (yang
terkandung dalam sebuah Angiosperm antera bunga, laki-laki kerucut dari tanaman
termasuk jenis pohon jarum, atau laki-laki kerucut tumbuhan lain). Serbuk sari
datang dalam berbagai bentuk (paling sering bola), ukuran, dan tanda-tanda
permukaan karakteristik spesies (lihat elektron mikrograf di kanan atas). Studi
serbuk sari disebut palinologi dan sangat berguna dalam paleoecologi,
paleontologi, arkeologi, dan forensik.
Dalam
angiosperma, selama pengembangan bunga yang antera terdiri dari massa sel yang
muncul tidak dibedakan, kecuali untuk dibedakan sebagian dermis. Seperti bunga
berkembang, empat kelompok sel sporogenous formulir di antera, sel-sel
sporogenous subur dikelilingi oleh lapisan sel-sel steril yang tumbuh ke dalam
dinding kantung serbuk sari, sebagian dari sel-sel tumbuh menjadi sel-sel
nutrisi yang menyediakan nutrisi bagi mikrospora yang terbentuk oleh pembelahan
meiosis dari sel sporogenous. Empat mikrospora haploid yang dihasilkan dari
masing-masing sel diploid sporogenous disebut microsporocyte, setelah
pembelahan meiosis. Setelah pembentukan mikrospora keempat, yang terkandung
oleh callose dinding, pembangunan dinding butir serbuk sari dimulai. Dinding
callose diuraikan oleh enzim yang disebut callase dan membebaskan serbuk sari
tumbuh dalam ukuran dan bentuk karakteristik mengembangkan dan membentuk tahan
dinding luar yang disebut exine dan dinding batin disebut intine. Exine adalah
apa yang tersimpan dalam catatan fosil. Serbuk sari melindungi dinding sperma
sedangkan inti butir serbuk sari bergerak dari antera ke stigma, melindungi
materi genetik yang vital dari kering dan radiasi matahari. Permukaan butir
tepung sari ditutupi dengan lilin dan protein, yang diselenggarakan di tempat
oleh struktur yang disebut patung elemen pada permukaan biji-bijian. Luar
dinding serbuk sari mencegah serbuk sari gandum dari menyusut dan menghancurkan
bahan genetik selama pengeringan dan terdiri dari dua lapisan. Kedua lapisan
adalah kaki tectum dan lapisan, yang hanya di atas intine. Tectum dan kaki yang
lapisan dipisahkan oleh sebuah daerah yang disebut columella, yang terdiri dari
batang penguatan. Dinding luar dibangun dengan biopolymer resisten disebut
sporopollenin. Tabung polen melewati dinding melalui struktur yang disebut
lubang.
Pollen
apertur adalah apapun modifikasi dari dinding serbuk sari gandum. Modifikasi
tersebut meliputi menipis, pegunungan dan pori-pori, mereka berfungsi sebagai
jalan keluar untuk isi serbuk sari dan memungkinkan menyusut dan pembengkakan
pada gandum yang disebabkan oleh perubahan kadar air. Kerut di butir serbuk
sari disebut Colpi, yang bersama dengan pori-pori, adalah kriteria utama untuk
mengidentifikasi kelas tepung sari. Serbuk sari mungkin memiliki kerut,
orientasi yang (relatif terhadap dari mikrospora tetrad asli)
mengklasifikasikan serbuk sari sebagai colpate atau sulcate. Jumlah alur atau
pori-pori membantu mengklasifikasikan tanaman berbunga, dengan memiliki tiga
Colpi Magnoliopsida (tricolpate), dan kelompok lain memiliki satu sulkus. Kecuali
dalam kasus sejumlah tanaman terendam air, tepung sari yang matang-butiran
memiliki dinding ganda, tipis dinding halus tidak berubah selulosa (yang
endospora atau intin) dan yang tangguh eksospora atau cuticularized luar eksin.
Pada beberapa tanaman berbunga, pembenihan dari butir serbuk sari sering dimulai
sebelum meninggalkan mikrosporangium, dengan sel generatif membentuk dua sel
sperma.
Dalam
makalah ini, kami akan membahas tetang tiga spesies bunga yang berbeda yaitu Hibiscus rosa-sinensis L., Hibiscus sabdariffa dan Hibiscus mutabilis
Linn, tetapi dalam satu golongan genus Hibiscus. Hibiscus adalah
sebuah genus tumbuhan berbunga dalam keluarga Malvaceae. Hal ini cukup besar,
yang mengandung beberapa ratus spesies yang asli hangat-sedang, subtropis dan
daerah tropis di seluruh dunia. Anggota spesies sering dicatat untuk bunga
mencolok mereka dan umumnya dikenal sebagai kembang sepatu, coklat
kemerah-merahan, dikenal luas sebagai rosemallow. Genus ini meliputi tanaman
herba tahunan dan abadi, serta semak berkayu dan pohon kecil.
Bentuk daun berupa bulat telur sampai lanset,
sering dengan tepi bergerigi. Bunga-bunga yang besar, mencolok, berbentuk
terompet, dengan lima atau lebih kelopak, mulai dari putih menjadi merah muda,
oranye merah,, ungu atau kuning, dan dari 4 cm luas. Bunga warna dalam spesies
tertentu, seperti mutabilis H. dan H. tiliaceus, perubahan dengan usia buah adalah
kapsul lima-lobed kering mengandung beberapa biji di setiap lobus, yang
dilepaskan ketika dehisces kapsul (split terbuka ) saat jatuh tempo
Gambar
2.
Sebuah putik kembang sepatu,
menunjukkan adanya benang sari.
Gambar 3. Bunga yang muncul
dari kuncup. Di sebelah kiri, bunga luncul dari kunbup. Di sebelah kanan, bunga
yang sama kurang dari 18 jam kemudian.
2.
Hibiscus
Serbuk sari biasanya
digolongkan atas dasar bentuk, ukuran, simetri, polaritas, apertural jenis dan
exine memahat
(Perveen, 1993).
Ukuran serbuk sari sangat bervariasi antara genera yang berbedadan spesies
serta di antara serbuk sari yang berbeda dari spesies yang lain meskipun dari genus yang sama.
2.1 Hibiscus rosa-sinensis
Berdasarkan hasil
pengamatan dan pengukuran (tabel 1) diketahui bahwa ukuran polen dari Kembang
Sepatu dengan warna bunga berbeda terlihat adanya perbandingan ukuran yang cukup
mencolok. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan panjang aksis polar dan
diameter bidang ekuatorial pada masing-masing bunga dengan warna berbeda. Dari
hasil pengamatan diperoleh hasil untuk polen Hibiscus rosasinensis warna
bunga orange, pangkal mahkota merah tua (102.31 µm X 100.42 jam), polen Hibiscus
rosa-sinensis warna bunga kuning (117,42 µm X 112,92 µm), polen Hibiscus
rosa-sinensis warna bunga kuning, pangkal merah tua (92,43 jam X 90,54 µm),
polen Hibiscus rosa-sinensis warna bunga orange, pangkal merah muda
(104,34 µm X 101,58 µm), polen Hibiscus rosa-sinensis warna bunga pink,
pangkal merah tua (90,68 µm X 91,26 µm), polen Hibiscus rosa-sinensis warna
bunga merah kuncup (106,09 µm X 106,81 µm), polen Hibiscus rosa-sinensis
warna bunga pink (109,28 µm X 108,56 µm), polen Hibiscus rosa-sinensis warna
bunga putih kemerahan, pangkal merah tua (112,48 µm X 111,17 µm), polen Hibiscus
rosa-sinensis warna bunga krem, pangkal merah tua (90,10 µm X 89,66 µm),
polen Hibiscus rosa-sinensis warna bunga putih (93,01 µm X 93,44 µm).
Tabel
1. Hasil
pengukuran serbuk sari Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dengan
warna bunga berbeda
No
|
Warna
Mahkota Bunga
Hibiscus
rosa-sinensis
|
Panjang
Aksis Polar (P) dan diameter bidang ekuatorial (E) (µm)
|
Indeks
P/E
|
Kelas
Ukuran
|
Apertur
|
Omamentasi
Eksin
|
|||
P
|
E
|
Jumlah
|
Tipe
|
Posisi
|
|||||
1
|
Orange, Pangkal merah tua
|
102.31 ±0,63
|
100.42 ±1,14
|
1,02
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
2
|
Kuning
|
11 7,42 ±1,37
|
11 2,92 ±0,94
|
1,04
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
3
|
Kuning, Pangkal merah tua
|
92,43 ± 1 ,60
|
90,54 ± 1 ,33
|
1,02
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
4
|
Orange, Pangkal merah muda
|
104,34 ±1,29
|
101 ,58 ±1,27
|
1,03
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
5
|
Pink, Pangkal merah tua
|
90,68±1,75
|
91 ,26 ±1,89
|
1,00
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
6
|
Merah tipe kuncup
|
106,09 ±2,96
|
106,81 ±2,92
|
0,99
|
Oblat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
7
|
Pink
|
109,28 ±3,42
|
108,56 ±2,88
|
1,00
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
8
|
Putih kemerahan, Pangkal merah tua
|
11 2,48 ± 1,98
|
111,17± 1,43
|
1,01
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
9
|
Krem, Pangkal merah tua
|
90,10 ±3,02
|
89,66 ±3,1 3
|
1,01
|
Prolat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
10
|
Putih
|
93,01 ± 2,06
|
93,44 ± 1 ,83
|
0,99
|
Oblat Sferoidal
|
Poly
|
Porat
|
Panto
|
Ekinat
|
Dalam
table berikut panjang polen Kembang Sepatu dengan sepuluh warna bunga berbeda
antara 4 µm sampai 15 µm dengan diameter antara 89,66 µm sampai 117, 42 µm.
Sesuai hasil penelitian Pudjoarinto (1995) yang mendapatkan perbedaan ukuran
panjang polen Hibiscus rosa-sinensis antara 9 µm sampai 15 µm dengan
diameter antara 95,10 µm sampai 95,10 µm (warna mahkota tidak disebutkan). Jadi
dapat dikatakan bahwa antara satu jenis tumbuhan dengan jenis tumbuhan yang
lain baik yang termasuk pada satu marga yang sama terletak pada ukuran butir
polen. Jika dibandingkan dengan penelitian Pudjoarinto (1995), adanya perbedaan
ukuran dapat disebabkan karena jenis Hibiscus rosa-sinensis yang
memiliki warna bunga yang sangat beragam, mungkin saja yang dipakai adalah
warna bunga yang berbeda dari sepuluh warna bunga diatas.
Sedangkan
jika diamati berdasarkan struktur morfologinya dapat diketahui bahwa serbuk
sari Kembang Sepatu dengan warna bunga berbeda memiliki jumlah apertur lebih
dari 6 atau banyak pada permukaan yang disebut poly, tipe apertur disebut
porat karena apertur berbentuk bulat (port) serta posisi aperture
yang sering disebut dengan awalan panto karena aperture tersebar
di seluruh permukaan butir polen (Gambar 1). Posisi apertur pada polen
Kembang Sepatu dengan warna bunga berbeda yang diamati tersebut terdapat di
daerah ekuatorial. Hal ini diperkuat oleh Ertdman (1952), bila pori sedikit
pori hanya terdapat didaerah ekuatorial, tapi jika jumlahnya besar dapat
terbentuk di seluruh permukaan polen.
Sehingga
untuk polen Kembang Sepatu secara umum apertur sering disebut polypantoporat.
Sedangkan untuk tipe ornamentasi yang dikenal dengan tipe ekinat
artinya unsur ornamentasi berbentuk seperti dun. Dari hasil pengamatan terlihat
polen Kembang Sepatu berupa polen tunggal. Hal ini diperkuat oleh Knox (1985)
yang menyatakan bahwa sebagian besar polen Angiospermae merupakan polen yang
soliter dan bebas, masing-masing berkembang dari mikrospora tunggal.
Berdasarkan
indeks P/E bentuk polen Kembang Sepatu yang diamati sebagian besar termasuk
kelas bentuk prolat sferoidal antara lain Kembang Sepatu dengan warna
orange, pangkal merah tua; warna kuning; warna kuning dengan pangkal merah tua;
warna orange, pangkal merah muda; warna pink, pangkal merah tua; warna pink;
warna putih kemerahan, pangkal merah tua; warna krem, pangkal merah tua.
Kecuali pada Kembang Sepatu dengan bunga warna merah kuncup dan warna bunga
putih yang termasuk oblat sferoidal.
Hal
tersebut ditunjukkan dengan panjang aksis polar antara 90,10 ± 3,02 sampai
dengan 117,42 ± 1,37 sedangkan diameter bidang ekuatorial antara 89,66 ± 3,13
sampai dengan 112, 92 ± 0,94. Kemudian indeks P/E antara 0,99 sampai dengan
1,04. Data ini berdasarkan pada sepuluh polen Kembang Sepatu dengan warna bunga
berbeda.
Menurut
Pudjoarinto (1995) dalam penelitiannya palinologi beberapa anggota angiospermae
dimana salah satunya adalah anggota dari famili Malvaceae (Hibiscus
rosa-sinensis L.) memiliki butir polen periporat, oblat sferoidal
(95,10 µm X 95,10 µm), indeks P/E 1,00, ekinat.
Jika
dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ukuran morfologi serbuk sari Impatiens
(Balsaminaceae) ditemukan dua kelompok tipe serbuk sari yaitu kelompok
pertama bentuk subsferoidal, simetri radial pada pandangan polar maupun
pandangan ekuatorial, ujung kolpus membulat dan kelompok kedua bentuk peroblat
atau oblat, simetri bilateral pada pandangan ekuatorial (Sukarsa etal.,
2002).
Menurut
Erdtman (1952) menyebutkan bentuk, ukuran ataupun tipe polen bisa juga
bervariasi menurut tahap kematangannya. Penelitian polen dari beberapa ahli
terhadap beberapa jenis tumbuhan di Eropa menurut Faegri dan Iversen (1989)
menunjukkan adanya variasi ukuran berdasarkan letak geografisnya. Akan tetapi
usaha untuk menghubungkan ukuran polen yang bervariasi dalam menentukan adanya
factor lingkungan belum memberi hasil yang memuaskan. Ukuran polen individu
yang berbeda dalam satu jenis juga bisa disebabkan oleh perbedaan fokus optic
pengamat.
2.2
Hibiscus sabdarifa
H. sabdariffa kultivar berkisar
antara 63,5 pM menjadi 76,5 pM, dimana nilai tertinggi 76,50 pM ditentukan di
H. sabdariffa kultivar Ezabi (Hosh Issa), sedangkan terendah satu dari 63,50 pM
ditemukan di H. sabdariffa kultivar Kota (Bani Suefe ). Juga, nilai-nilai 70,50
dan 67,50 pM pM dicatat dalam taksa kultivar (I) Gambar Kota (Hosh Issa) dan
kultivar Ezabi (Tanta) masing-masing Plate.
Dendrogram dihasilkan dari analisis
cluster dari kultivar yang berbeda dari genus Hibiscus berdasarkan butir serbuk
sari dan karakter biji mantel diwakili dalam (Gbr. 6). Jultivar sabdariffa H.
dikumpulkan dari (Bani Suefe, Tanta dan Hosh Issa). Pada subkelompok tersebut,
H. sabdariffa kultivar Ezabi itu terpisah-rated di tingkat taksonomi yang
berbeda 75%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar