Penemuan dan Pengembangan Obat Kanker Payudara "Herceptin"
oleh Dr.Dennis J.Slamon
Ide Dasar
Pada tahun 1988 Dr.Dennis
J.Slamon yang berasal dari universitas UCLA, Los Angels ini berkisah
tentang pengembangan obat bagi penderita kanker payudara yang berlangsung
selama 10 tahun hingga akhirnya dapat disetujui oleh FDA. Dibantu oleh ilmuwan
dan sekaligus seorang teman yang bekerja di Genetech, sebuah perusahan
bioteknologi yang mendanai dan memegang satu-satunya hak penelitiannya yakni
Blake Roger, yang merupakan seorang juru bicara bagi Dr. Slamon di Genetech.
HER-2 adalah nama gen dari protein antibody yang terdapat dipermukaan sel
kanker payudara. HER-2 merupakan protein yang diproduksi
oleh gen yang potensial menyebabkan kanker. Protein ini berperan sebagai antena
yang menerima sinyal untuk berkembang biaknya sel kanker dengan cepat dan
mematikan.
Kebutuhan
Klinis
Kurang lebih 20-30% dari wanita dengan
kanker payudara terdapat HER-2. Keberadaan HER-2 dihubungkan dengan perjalanan
penyakit yang makin memburuk serta waktu kekambuhan yang lebih cepat pada semua
tahap dari perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal yang penting bagi
para pasien yang telah didiagnosis kanker payudara untuk memeriksakan status
HER-2 mereka. Dr.
Slamon mengambil gen ini, menelitinya untuk kemudian dikembangkan menjadi obat
yang pada mulanya hanya bertujuan menghambat pertumbuhan sel kanker dan
memperkecil sel kankernya.
Hipotesis Biologis
Herceptin
bukan kemoterapi. Herceptin adalah terapi anti-kanker jenis baru yang berbeda
dari kemoterapi maupun terapi hormon. Herceptin disebut sebagai terapi antibody
monoklonal Antibodi adalah protein yang secara alami dihasilkan oleh sistem
kekebalan tubuh yang membantu mengidentifikasi dan melindungi tubuh dari benda
asing. Para peneliti di laboratorium membuat tiruan atau meng-klon satu jenis
antibodi ini sehingga disebut antibodi monoklonal. Dalam pengobatan kanker,
antibodi monoklonal ini bekerja dengan menyerang substansi tertentu dalam tubuh
yang membantu pertumbuhan sel kanker.
Setiap
antibodi monoklonal hanya mengenal satu target protein, atau antigen. Terapi
antibodi monoklonal memiliki cara kerja seperti antibodi yang ada dalam system
kekebalan tubuh manusia . Salah satu contohnya adalah Herceptin (trastuzumab)
terapi antibodi monoklonal yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan tumor dan mematikan sel tumor.
Terapi
antibodi monoklonal termasuk dalam kategori ”terapi fokus sasaran” atau
targeted therapy, yaitu jenis terapi yang menghentikan pertumbuhan sel-sel
kanker dengan cara menghambat molekul atau protein tertentu yang ikut serta
dalam proses perubahan sel normal menjadi sel kanker yang ganas. Terapi fokus
sasaran lebih efektif dari terapi lainnya dan tidak berbahaya bagi sel normal.
Pengembangan Produk Obat
Dalam penelitiannya di tahun ke enam
(1994), Dr. Slamon ternyata menghadapi masalah, yakni dikuranginya dana
penelitiannya oleh Genetech. Serta dihadapkannya pada suatu kenyataan jika
dalam waktu dekat penelitian tersebut tidak juga menghasilkan obat yang
diharapkan, Genetech akan mencabut pendanaanya. Hal ini akan menghentikan
seluruh penelitian Dr. Slamon, mejadikan enam tahun kemarin sia-sia dan Dr.
Slamon tidak akan mendapatkan perusahaan bioteknologi pengganti Genetech sebab
seluruh hak penelitian dimiliki oleh pihak Genetech. Setelah beberapa bulan
berlangsung, dewan Genetechpun akhirnya memutuskan akan menghentikan sama
sekali pendanaan terhadap penelitian Dr. Slamon, sebab diperkirakan produsen
obat tidak akan mampu menjualnya dan Genetech akan merugi. Hingga pada akhirnya
Ronal Perelman, pemimpin sekaligus pemilik perusahan kosmetik terbesar Revlon
di Amerika memberikan hibah dana sebesar dua juta empat ratus dolar untuk
penelitian Dr. Slamon.
Penelitianpun akhirnya selesai setelah
melalui uji coba pada tikus, di tahun 1992. Yakni melalui terapi antibodi monoklonal yang merupakan bentuk pasif dari imunoterapi,
karena antibodi dibuat dalam kuantitas besar di luar tubuh (di laboratorium).
Jadi terapi ini tidak membutuhkan sistem imun pasien untuk bersikap aktif
melawan kanker. Antibodi diproduksi secara masal dalam laboratorium dengan
menggabungkan sel myeloma (tipe kanker sumsum tulang) dari sel B mencit yang
menghasilkan antibodi spesifik. Sel hasil penggabungan ini disebut hybridoma.
Kombinasi sel B yang bisa mengenali
antigen khusus dan sel myeloma yang hidup akan membuat sel hibridoma menjadi
semacam pabrik produksi antibodi yang tidak ada habisnya. Karena semua antibodi
yang dihasilkan identik, berasal dari satu (mono) sel hibridoma, mereka disebut
antibodi monoklonal (kadang disingkat MoAbs atau MAbs).
Ilmuwan bisa membuat antibodi monoklonal yang mampu bereaksi dengan antigen spesifik berbagai jenis sel kanker. Dengan ditemukannya lebih banyak lagi antigen kanker, berarti akan semakin banyak antibodi monoklonal yang bisa digunakan untuk terapi berbagai jenis kanker.
Obat inipun dicobakan kepada lima
belas orang relawan, wanita-wanita penderita kanker payudara stadium empat,
positif HER-2. Pasien dikatakan HER-2 positif jika pada
tumor ditemukan HER-2 dalam jumlah besar. Kanker dengan HER-2 positif dikenal
sebagai bentuk agresif dari kanker payudara dan memiliki perkiraan perjalanan
penyakit yang lebih buruk daripada pasien dengan HER-2 negatif. Diperkirakan
satu dari empat sampai lima pasien dengan kanker payudara tahap akhir memiliki
HER-2 positif. Percobaan fase pertama ini memakan waktu berminggu-minggu, yang tak lain merupakan tes gen HER-2 untuk tumor.
Minggu pertama pasien tetap mendapatkan cleseptin atau yang biasa disebut
kemoterapi, dan tentu saja setelahnya para penderita ini akan mengalami semua
efek sampingnya, termasuk mual, muntah, kerontokan rambut dan sebagainya.
Kombinasi
herceptin atau ″trastazumab″ dan kemoterapi memberikan hasil lebih baik growth
inhibitor pada sel yang mengekspresi HER2. Kombinasi ″trastuzumab″ dengan
kemoterapi terbukti secara klinis memberikan keuntungan pasien kanker payudara
metastasis HER2 positif. Penelitian uji klinis randomisasi fase II efek
penambahan kombinasi ″trastazumab″ dengan kemoterapi standar (gemcitabine dan
cisplatin) pada pasien KPKBSK HER2 positif memberikan hasil toleransi yang baik
secara klinis. Kombinasi paclitaxel, carboplatin dan ″trastuzumab″
dapat diberikan pada KPKBSK stage lanjut dengan toksisiti yang tidak lebih
buruk dibandingkan dengan terapi tanpa ″trastuzumab″. Strategi yang paling
menjanjikan dari target HER2 adalah penggunaan kombinasi inhibitor EGRF TK
dengan inhibitor HER2 dimerization.
Diminggu berikutnya pasien diberi
terapi herceptin, nama yang kemudian ditetapkan menjadi nama produk obat yang
dipasarkan sampai sekarang sebagai obat kanker payudara. Herceptin menyerang receptor-receptor HER-2 yang berada
didalam sel kanker dan memblok agar tidak menerima sinyal yang memerintahkan
sel untuk membelah. Merupakan jenis antibodi yang didesain
untuk membidik dan menghambat fungsi HER-2, suatu protein yang ditemukan dalam
jumlah besar pada permukaan beberapa sel kanker payudara. Herceptin juga
merangsang sistem kekebalan untuk menghancurkan sel kanker. Ini adalah obat
berbasis antibodi pertama yang digunakan untuk pengobatan kanker payudara,
suatu kanker yang paling sering didiagnosa pada wanita.
Tidak semua relawan akhirnya berhasil.
Satu-persatu dari kelima belas wanita-wanita tersebut kemudian meninggal, bukan
karena herceptin namun memang karena kankernya sudah tidak bisa lagi
dikendalikan. Hanya lima orang yang kemudian diijinkan untuk melalui tahap
percobaan fase dua. Wanita-wanita yang tidak lolos menuju ke fase dua percobaan
ini frustrasi dan semuanya memohon untuk mendapatkan treatmen herceptin di fase
berikutnya. Dr. Slamon tentu saja tidak bisa mengijinkan mereka semua ikut
dalam percobaan fase keduanya. Ada standar-standar yang harus dipenuhinya dari
FDA (Food and Drugs Administration) supaya herceptin ini kelak akan benar-benar
disetujui sebagai obat.
Barbara Bradfield adalah pasien
pertama penderita kanker payudara stadium empat, sembuh total setelah berhasil
melalui percobaan fase kedua. Sebuah keajaiban, sebab seluruh sel kanker yang
ada di dalam tubuh Barbarapun hilang. Tidak lagi berpotensi mengidap kanker
dikemudian hari.
Setelah keberhasilan di fase kedua,
Dr. Slamon mengartikan bahwa penelitiannya sudah selesai dan segera FDA akan
mengeluarkan ijin untuk pembuatan obat herceptin ini. Kenyataannya, pihak FDA
menginginkan pengulangan percobaan sekali lagi untuk mendapatkan bukti
signifikan tentang pengaruh herceptin bagi penderita kanker payudara. Percobaan
ini disebut-sebut sebagai fase tiga, dimana di dalamnya Dr. Slamon harus
mengulang semua prosedur yang dia lakukan dalam percobaan fase pertama dan
kedua.
Kendala berulang kembali, sebab tidak
mudah untuk menemukan relawan, wanita-wanita penderita kanker payudara stadium
empat positif HER-2. Dia akhirnya secara tidak sengaja bertemu dengan kawan
lamanya ketika dia mengunjungi rumah sakit tempatnya bekerja. Fran Visco, yang
ternyata adalah presiden NBCC (National Breast Cancer Coalition). Disanalah Dr.
Slamon kemudian mendapatkan dukungan penelitiannya. Bantuan bagi Dr. Slamon
untuk mendapatkan relawan dan meyakinkan pihak FDA untuk memproduksi herceptin
lebih banyak, hingga akhirnya obat ini dapat benar-benar disetujui pada tahun
1998. Beberapa relawan kemudian menyusul dan herceptin akhirnya di produksi
menjadi obat hingga kini.
Hipotesis Farmakologis
Pengobatan dengan Herceptin telah
menghasilkan peningkatan respons, angka harapan hidup yang lebih tinggi dan
kualitas hidup yang lebih baik diantara wanita dengan kanker payudara tahap
akhir. Studi-studi klinik telah mengevaluasi wanita yang menerima Herceptin
dalam kombinasi dengan kemoterapi dan sebagai obat tunggal untuk mereka yang
telah resisten terhadap pengobatan.
Herceptin memberikan efek samping
lebih ringan dibandingkan dengan kemoterapi standar, dimana pasien mengalami
gejala ringan sampai sedang seperti menggigil, demam, kelemahan, mual, muntah, batuk,
diare, serta sakit kepala, yang terutama terjadi dengan
infus pertama. Efek samping ini biasanya akan menurun sesudah dosis
pertama. Tetapi beberapa perempuan mungkin bisa mengalami kerusakan jantung
selama pengobatan, yakni berupa penurunan fungsi jantung dan dengan gejala
berupa gagal jantung. Berkenaan dengan paru-paru, herceptin bisa menyebabkan
sesak napas yang menyebabkan kematian. Serta apabila dikonsumsi oleh wanita
hamil, herceptin dapat mengakibatkan kematian pada janin. Untuk sebagian besar
(tetapi tidak pada semua) wanita, efek ini bersifat jangka pendek dan lebih
baik bila obat dihentikan. Herceptin hanya mengganggu
pertumbuhan sel kanker payudara secara spesifik, dan tidak mengganggu sel-sel
sehat termasuk sel-sel darah dan sel-sel kekebalan.
Herceptin diberikan melalui intravena
infus, biasanya sekali seminggu atau bila dosis lebih besar setiap 3 minggu.
Dokter belum tahu berapa lama (periode) terapi harus diberikan, memerlukan
penelitian lebih lanjut. Untuk mencegah agar sel kanker tidak
membelah dan memperlambat pertumbuhan kanker, disini ada beberapa targeted
therapy untuk kanker payudara HER-2 positive yaitu:
·
Herceptin
( trastuzumab ) à
dikombinasikan dengan Taxol (paclitaxel) yang telah disetujui sebagai
pengobatan awal kanker payudara HER-2+ metastatic. Herceptin juga dapat
dikonsumsi bagi pasien yang telah menjalankan kemoterapi untuk penyakit
metastatic.
·
Tykerb
( lapatanib ) à
dikombinasikan dengan Xeloda.
Catatan Tambahan
Di Indonesia, hak produksi herceptin
dimiliki oleh Roche, dan sampai saat ini pengobatan herceptin hanya bisa
diperoleh di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
Perkembangan
obat kanker payudara Herceptin membuat Dr. Dennis Slamon mendapatkan sejumlah
penghargaan penelitian, termasuk tahun 2007 Gairdner Penghargaan Internasional,
yang paling bergengsi penghargaan untuk penemuan dalam medis ilmu pengetahuan,
dan tahun 2004 Amerika Cancer Society Medal of Honor. Society dukungan Slamon
dimulai tahun 1988 dan, termasuk nya saat ini ACS-Cissy Hornung Clinical
Research profesor, total $ 505.000 dalam dana hibah.
Kisah
hidup dalam penelitian Dr. Dennis J.Slamon dalam menciptakan era pengobatan baru
berupa herceptin di abadikan dalam sebuah buku karya Robert Bazell yang berjudul HER-2 : The Making of Herceptin, a
Revolutionary Treatment for Breast Cancer pada tahun 1998. Buku tersebut
kemudian dirangkum dalam plot film yang dibintangi oleh Harry Connick, Jr.
dan diproduseri oleh Vivienne Radkoff yang ditayangkan pada
tahun 2008.
Saat ini Dr.
Dennis Slamon menjabat
sebagai direktur Clinical Research/ Translational di UCLA Jonsson
Comprehensive Cancer Center
,dan sebagai direktur Program Revlon / UCLA Penelitian Kanker Perempuan di
JCCC. Dia adalah profesor kedokteran, Kepala Divisi Hematologi / Onkologi dan
wakil eksekutif untuk penelitian untuk Departemen UCLA of Medicine. Slamon juga
menjabat sebagai direktur dewan penasehat medis untuk Aliansi Penelitian Kanker
Kolorektal Nasional, sebuah organisasi penggalangan dana yang mempromosikan
kemajuan dalam kanker kolorektal . The American
Cancer Society kini turut mendanai 199 penelitian kanker payudara dengan dana
hibah senilai $109.400.000.
DAFTAR PUTAKA
Cancer
Biology & Therapy. June 2004. Herceptin
and Chemotherapy Combination Active in Advanced Breast Cancer. 3:6,
489-491.
Cline
MJ, Slamon DJ, Lipsick JS.1984. Oncogenes: implications for the diagnosis
and treatment of cancer. Ann
Intern Med. 1984;101:223-3.
Dennis
J.Slamon, Brian Leyland-Jones, Steven Shak, Hank Fuchs, Virginia Paton, Alex
Bajamonde, Thomas Fleming, Wolfgang Eiermann, Jannet Wolter, Mark Pegram, Jose
Baselga and Larry Norton. 2001. Use Of
Chemotherapy Plus A Monoclonal Antibody Against Her2 For Metastatic Breast
Cancer That Overexpresses Her2. The New England Journal of Medicine. March
15, 2001; Vol.344, No.11 : 783-792.
Gottfried Konecny, Giovanni Pauletti, Mark Pegram,
Michael Untch, Sugandha Dandekar, Zuleima Aguilar, Cindy Wilson, Hong-Mei Rong,
Ingo Bauerfeind,Margret Felber, He-Jing Wang, Malgorzata Beryt, Ram Seshadri,
Herrmann Hepp, and Dennis J. Slamon. 2003. Quantitative Association Between HER-2/neu and Steroid Hormone Receptors
in Hormone Receptor-Positive Primary Breast Cancer. Journal of the National Cancer Institute. January 15,
2003; 95 (2) : 142-153.
Michael
F, Gene Hung, William Godolphin, and Dennis J. Slamon. 1994. Sensitivity Of HER-2/Neu Antibodies In
Archival Tissue Samples: Potential Source Of Error In Immunohistochemical
Studies Of Oncogene Expression. Cancer Research. May 15, 1994; 54: 2771-2777.
Robert Bazell. 1998. HER-2 : The Making of Herceptin, a
Revolutionary Treatment for Breast Cancer. New York (NY): Random House, 1998.
214 pp.
Vivienne Radkoff
(Produser). 2008. Living Proof. Sony Pictures Television: Lifetime. Amerika Serikat. 118 mins.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar