Parasetamol
adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik /
analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan
yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping
itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri
dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar,
tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak
sengaja sering terjadi.
Obat
yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan
ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol,
Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol
memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil
dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini
dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan
asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila
senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug
(NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek menghambat
prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya
sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat
NSAIDs.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation
adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian tubuh (luar atau
dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit).
Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu
tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah
iritasi kulit.
Sifat antiinflamasinya
sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada
penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran
cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai
60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal,
kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk
terkonjugasi.
Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi
(antiradang) rendah, sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna
maupun efek kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman
digunakan pada semua golongan usia.
II. 1. METABOLISME
Parasetamol
berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme
utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat
glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil,
dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit
jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun)
yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina).
Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik
NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan
segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil
dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-acetyl-p-benzo-quinone-imine
(NAPQI) bereaksi dengan sulfidril.
Namun
apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi
metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati.
Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit
non-toxic diekskresi oleh ginjal.
II. 2. MEKANISME
A. MEKANISME KERJA
Selama
bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol
dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun
2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini A, et. al dengan
topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri dari parasetamol ini.
Mekanisme
kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan.
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti
inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk
teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk
membentuk senyawa penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada
pusat pengaturan suhu pada otak. Tetapi mekanisme secara spesifik belum
diketahui.
Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak langsung reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi dengan asam arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat endogenous cababinoid.
Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase yang memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan.
Sebagaimana
diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme
asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak
stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan
lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat
enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi
prostaglandin, yang berperan dalam proses nyeri dan demam sehingga
meningkatkan ambang nyeri, namun hal tersebut terjadi pada kondisi
inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada
kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi
anti inflamasi. Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat
langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf
pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak
oksidatif.
B. MEKANISME REAKSI
Paracetamol
bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan mengganggu
enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada
sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada
sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim
COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat
mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa
menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya
C. MEKANISME TOKSISITAS
- Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi
- paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak mencukupi
- NAPQI bereaksi dengan membran sel
- Hepatosit rusak -> nekrosis
II. 3. RESORPSI
Resorpsi
dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya
ca 25%, plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak
ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit
toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuronida dan
sulfat.
II. 4. BAHAYA PARASETAMOL
Dalam
dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin.
Parasetamol relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat
menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila
pasien juga meminum alkohol.
Setelah
berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman
dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis),
parasetamol dapat menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di
dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi
dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum
overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC).
Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi
parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati
jika diberikan lebih dini
Hal
yang jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan
darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan
hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible.
Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada
dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan
–SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan
metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati,
dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas
20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual,
muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu
diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin)
sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan
Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman,
juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.
Efek Racun dan Akibat pada Pasien Anak
Penggunaan
paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan keracunan.
Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan
liver dan kematian. Kematian akibat overdosis
paracetamol jarang terjadi pada anak-anak. Penggunaan parasetamol
berbahaya pada seseorang yang memiliki kelainan hati, terutama konsumen
alkohol.
Jangan
meminum parasetamol selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa
berkonsultasi dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan
pada anak dibawah 3 tahun tanpa terlebih dahulu meminta saran dari
dokter
Segera
ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum
paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan
sampai berat, keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang
kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan
lebih lanjut.
Bila
karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini
melebih dosis maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan hati yang fatal.
Gejala kerusakan hati yang perlu mendapatkan perhatian dan harus segera
ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan mata berwarna
kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan
atas, dan rasa lelah dan lemas.
Beberapa
reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan
pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa,
bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol, segera ke
dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar