Senin, 10 Oktober 2011

Aqidah

AQIDAH ISLAM

Disusun Oleh:
Anita Meilina Akhmad (102210101043)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2010
 
BAB I
PENDAHULUAN


I.I         Latar Belakang

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Serta tak lupa sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad yang telah menuntun kita ke zaman yang terang benderang ini. Dan sepantasnya kita sebagai umat manusia wajib mensyukuri ni'mat yang telah diberikan kepada kita, dengan cara mematuhi segala yang diatur oleh Allah dan rosulnya. Dengan cara selalu menempatkan al-quran dan sunah sebagai pedoman.
Makna aqidah seringkali diabaikan oleh kebanyakan umat islam.Sedangkan aqidah itu sendiri merupakan komponen terpenting dalam suatu pembentukan pondasi keagamaan yang kuat. Seandainya pemahaman tentang akidah itu kurang maka keimanannya pun akan sedikit pula. Hal ini bisa terjadi karena umat islam tidak ada upaya untuk mencari kebenaran tentang akidah.Maka begitu mudahnya terjadi penyimpangan pemahaman tentang akidah.
Aqidah bukanlah suatu ajaran yang berunsur paksaan, namun aqidah merupakan suatu sistem sisten yang mengatur tentang segala urusan umat manusia.Dan aqidah berhubungan dengan ajaran islam yang lain seperti contohnya akhlak.
Sedangkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt wajib bersyukur kepada penciptanya dengan cara mematuhi segala apa yang sudah diperintahkan dan dilarang oleh Allah Swt. Maka dari itu kebutuhan manusia terhadap aqidah sangatlah besar karena demi memenuhi hajat keimanannya terhadap sang Maha Kuasa.
Dan sesungguhnya kita harus mampu mengenal Allah secara pasti, dengan berbagai cara. Mengenal Allah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap insan. Karena dengan mengenal Allah, seseorang akan lebih dapat mengenali dirinya sendiri. Dengan mengenal Allah seseorang juga akan dapat memahami menegenai hakekat keberadaannya di dunia ini; untuk apa ia diciptakan, kemana arah dan tujuan hidupnya, serta tanggung jawab yang dipikulnya sebagai seorang insan di muka bumi. Dengan lebih mengenal Allah, seseoran juga akan memiliki keyakinan bahwa ternyata hanya Allah lah yang Maha Pencipta, Maha Penguasa, Maha Pemelihara, Maha Pengatur dan lain sebagainya. Sehingga seseorang yang mengenal Allah, seakan-akan ia sedang berjalan pada sebuah jalan yang terang, jelas dan lurus.


1.2              Rumusan Masalah
1.2.1    Apakah makna dari aqidah ?
1.2.2    Apakah fungsi aqidah dan penerapannya dalam di kehidupan sehari – hari?
1.2.3    Bagaimanakah kebutuhan manusia terhadap aqidah ?
1.2.4    Bagaimana cara kita untuk mengenal Tuhan ?
1.3       Tujuan
1.3.1    Agar kita mampu mengetahui secara benar makna akidah yang sebenarnya
            1.3.2    Mengetahui fungsi aqidah secara tepat serta penerapannya
1.3.3    Mengetahui seberapa pentingnya aqidah untuk dipelajari oleh umat manusia
1.3.4    Agar kita mampu mengenal Tuhan dengan baik agar aqidah kita semakin berbobot.


BAB II
PENGANTAR AQIDAH

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan atau keimanan bukan pada perbuatan, seperti pada aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul.
Menurut Bahasa ( Etimologi ) :
  • Berasal dari Al-aqdu artinya ikatan yang kuat,bisa pula menjadi kepercayaan yang kokoh.
  • Ikatan janji, terkadang juga disebut aqdun.
  • Aqidatan berarti keyakinan.

Menurut Istilah ( Terminologi ) :
Yaitu perkara yang dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang kokoh, yang tidak tercampur oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung oleh suatu keraguan apapun pada orang yang meyakininya.
·         Menurut hasan Al-Banna :
“Aqa’id ( bentuk jamak dari aqidah ) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenangan jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercapur sedikitpun dengan keragu-raguan.[1]
·         Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy :
Aqidah adalah sejulah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fhitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.[2].
Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm), yang sesuai dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti artinya tanpa keraguan sedikitpun di dalamnya. Sesuai dengan fakta artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai dengan fakta, bukan diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud malaikat dll). Muncul dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil tertentu, tanpa dalil sebenarnya tidak akan ada pembenaran yang bersifat pasti .
Allah tlah berfirman
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(Q.S.Ar-rad :28)

Beberapa istilah tentang   aqidah
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah, yaitu Iman dan Tauhid dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Fikih Akbar.
·         Iman, mencakup semua permasalahan I’tiqadiyah dan mebenarkan didalam hati. Sesuatu yang diyakini oleh hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
·         Tauhid, Artinya mengesakan ( mengesakan Allah- Tauhidullah ). Ajaran atuhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh karena itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid.
·         Ushuluddin, Artinya pokok-pokok agama, yang mencakup rukun iman, rukun Islam dan apa-apa yang telah disepakati oleh para imam.
·         Ilmu Kalam, Artinya berbicara atau pembicaraan. Dapat dikatakan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al-Quran apakah khaliq atau bukan, hadist atau qadim. Tentang takdir, apakh manusia punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang orang yang berdosa besar kafir atau tidak. Pembicaraan atau perdebatan luas seperti itu terjadi setelah cara berpikir rasional dan filsafati mempengaruhi para pemikir dan ulam Islam.
·         Fikih Akbar, munculnya pemahaman ini bahwa tafqquh fiddin yang diperintahkan Allah SWT, dalamsurah At-Taubah ayat 12ing terhadap2.

            Aqidah merupakan salah satu hukum islam yang dapat terjangkau oleh akal. Baik berupa fakta maupun hal ghoib sekalipun. Aqidah merupakan keimanan yang kuat maka dari itu akidah mempunyai peran yang sangat penting terhadap manusia. Ketika dalam diri seseorang telah memiliki aqidah yang kuat maka dia akan mempunyai pola kehidupan kuat pula.Dengan kata lain apabila seorang manusia berjalan sesuai dengan fitrohnya maka akan muncul tatanan kehidupan yang kuat dan tidak mudah putus asa dalam menjalani hidupnya.
            Dalam masalah aqidah haruslah mampu menunjukkan fakta sebagai sesuatu yang riil adanya. Ketika seorsng muslim berimsn akan adanya Allah, malaikat, kitab, rosul, qodlo / qodar dan hari akhir, maka kesempatan merupakan perkara yang ada dan nyata. Dan bisa dibuktikan kesemuanya lewat akal, sehingga dapat difahami dala realitas kehidupan . Apabila pembenaran yang pasti tersebut tidak dapt menemukan realitasnya maka timbul keraguan sebagai keyakinannya menjadi hilang.
            Dalam contoh nyata, yaitu aqidah dan akhlaq, yang saling berkesinambungan dan menjalin suatu sistem yang konkrit. Keduanya merupakan suatu pola yang hidup, dan keyakinan yang ditanamkan merupakan pendidikan rohani dan moral kemanusiaan yang tiada tara.Serta mampu membangkitkan semangat manusia untuk memiliki moral sehat dan karakter yang terpuji.
Adapun fungsi akidah antara lain adalah :
  • Meningkatkan keimanann da ketaqwaan kepada Allah Swt
  • Memperbaiki kesalahan – kesalahan dalam keyakinan , pemahaman dan pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan sehari – hari
  • Menangkal hal – hal yang bersifat relative dari lingkungan atau budaya lain yang cenderung menyesatkan
  • Mempertebal dan meneguhkan hati nurani dalam beribadah kepada Allah Swt.

  • Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah
  • Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله*
 (ال عمران: 110)
“Kamu adalah ummat yang terbaik, yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”
            Seorang manusia harus mengetahui secara dini betapa pentingnya mempelajari aqidah. Hal ini dikarenakan aqidah merupakan komonen terpenting dari keimanan seseorang.Tanpa akidah seorang manusia tidak akan mempunyai tempat untuk berpijak.Dan nantinya membuat dia akan mudah terjatuh dan putus asa, serta menjadikannya manusia yang tidak ada gunanya.Karena di dalam realitas kehidupan manusia lebih cenderung lemah dan mudah tersingkir apabila dia tidak mempunyai landasan yang kuat begitu pula dengan sebaliknya.Adapung sesuai denga firman Allah Swt :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl 97)
            Allah menciptakan manusia dengan dibekali dengan berbagai keahlian, salah satunya adalah akal. Allah menuntut kita untuk selalu berfikir dan mencerna petunjuk yang sudah Allah berikan kepada umat manusia. Akal manusia mampu membuktikan keberadaan sesuatu hal yang berada di luar jangkauannya, jika ada sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk atas keberadaan hal tersebut, seperti perkataan seorang Baduy (orang awam) tatkala ditanyakan kepadanya “Dengan apa engkau mengenal Rabbmu?” Jawabnya : “Tahi onta itu menunjukkan adanya onta dan bekas tapak kaki menunjukkan pernah ada orang yang berjalan.”
Oleh karena itu, ayat-ayat Al Qur’an adalah bukti eksistensi Allah (tentang adanya Sang Pencipta) dengan cara mengajak manusia memperhatikan makhluk-makhluk-Nya. Sebab, kalau akal diajak untuk mencari Dzat-Nya, maka tentu saja akal tidak mampu menjangkaunya, seperti firman-Nya:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيـَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَمُرُّوْنَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُوْنَ (يوسف :105)
"Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Alloh) di langit dan di bumi yang mereka lewati, tapi mereka tidak menghiraukannya "(QS. Yusuf (12): 105)

ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والانس لهم قلوب لا يفقهون بها* ولهم اعين لا يبصرون بها* ولهم اذان لا يسمعون بها* اولئك كالانعام بل هم اضل* اولئك هم الغفلون* (الاعراف: 179)
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka punya mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka punya telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.

Karena keterbatasan akal dalam berfikir, Islam melarang manusia untuk berfikir langsung tentang Dzat Allah, karena Dzat Allah sudah berada diluar kemampuan akal untuk menjangkaunya. Selain itu juga karena manusia mempunyai kecenderungan (bila ia hanya menduga-duga tanpa memiliki acuan kepastian) menyerupakan Allah SWT dengan suatu makhluk.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْـتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ َلآيَاتٍ لأُِولىِ اْلأَلْباَبِ* اَلَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ قِيَاماً وَقُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِـهِمْ وَيَـتَفَكَّرُوْنَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ رَبَّناَ مَا خَلَــقْتَ هَذاَ باَطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِناَ عَذَابَ النَّارِ (آلِ عِمْرَان : 190 - 191))
”Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan di dalam pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal (ulil albab). Yaitu orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring dan ia selalu berpikir tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata : ya Tuhanku, tidak ada yang sia-sia segala yang Kau ciptakan ini. Maha Suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa api neraka“ (QS. Al Baqarah:190-191)
Akal manusia yang terbatas tidak akan mampu membuat khayalan tentang Dzat Allah yang sebenarnya; bagaimana Allah melihat, mendengar, berbicara, bersemayam di atas Arsy-Nya, dan seterusnya. Sebab, Dzat Allah bukanlah materi yang bisa diukur atau dianalisa. Ia tidak dapat digambarkan dengan materi apapun, sepertil manusia, makhluk aneh berkepala dua, bertangan sepuluh, dan sebagainya. Kita hanya percaya dengan sifat-sifat Allah yang dikabarkan-Nya melalui Al-Wahyu. Apabila kita menghadapi suatu ayat/hadits yang menceritakan tentang menyerupakan Allah dengan makhluk, maka kita tidak boleh mencoba-coba membahas ayat-ayat/hadits tersebut dan menta’wilkannya sesuai dengan kemampuan akal kita. Ia lebih baik kita serahkan kepada Allah, karena ia memang berada di luar kemampuan akal. Itulah yang dilakukan oleh para sahabat,
            Kita  mengetahui peranan besar yang diciptakan dunia modern dalam menyingkap rahasia alam. Itu adalah hasil dari kecermelangan logika manusia dengan keluasan ilmu pengetahuan yang mampu menciptakan teknologi yang mengagumkan. Bahkan ada pula yang ingin menyamai kekuasaan Tuhan dan menjadikan dirinya lupa bahwa manusia adalah manusia yang lemah. Dan sangat disayangkan kemajuan materi itu tidak disertai dengan kemajuan spiritual. Sesungguhnya betapapun majunya ilmu pengetahuan,tidak akan mampu menggantikan keimanan. Dan keimanan yang kita miliki harus sejalan engan akal pikiran dan mempermudah kehidupan manusia di dunia.
Maka dari itu proses pengenalan Tuhan harus dilakukan secara intensif.Agar kta mengetahui seberapa maha besarnya Tuhan yang elah menciptakan kita. Mengenal Allah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Karena dengan mengenal Allah, seseorang akan lebih dapat mengenali dirinya sendiri. Dengan mengenal Allah seseorang juga akan dapat memahami mengenai arti keberadaannya di dunia ini; untuk apa ia diciptakan, kemana arah dan tujuan hidupnya, serta tanggung jawab yang dipikulnya sebagai seorang insan di muka bumi. Dengan lebih mengenal Allah, seseoran juga akan memiliki keyakinan bahwa ternyata hanya Allah lah yang Maha Pencipta, Maha Penguasa, Maha Pemelihara, Maha Pengatur dan lain sebagainya. Sehingga seseorang yang mengenal Allah, seakan-akan ia sedang berjalan pada sebuah jalan yang terang, jelas dan lurus.Mengenal Tuhan yang lebih dalam dinamakan Ma'rifatulloh.
Makna Ma’rifatullah
Ma’rifatullah berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma’rifah berarti mengetahui, mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya.
Fungsi Mengenal Allah
·         Seseorang yang mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya dan tidak tertipu oleh dunia.[3]
·          Ma’rifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia[4] . Hakikat ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya.
·         Ma’rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang .
·         Berilmu dengan ma’rifatullah sangat penting karena:
a.       Berhubungan dengan obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.
b.      Berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.
Jalan Bagamana cara untuk mengenal Allah.[5]
1. Lewat akal:
• Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:
- fenomena terjadinya alam
- fenomena kehendak yang tinggi
- fenomena kehidupan
- fenomena petunjuk dan ilham
- fenomena pengabulan doa
• Ayat Qur’aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:
- keindahan Al-Qur’ an
- pemberitahuan tentang umat yang lampau
- pemberitahuan tentang kejadian yang akan datang
2. Lewat memahami Asma’ul Husna:
- Allah sebagai Al-Khaliq)
- Allah sebagai pemberi rizqi
- Allah sebagai pemilik
- dll
Dalam mengenal Allah, manusia tidak boleh melakukannya secara sembarangan. Karena proses pengenalan Tuhan juga akan menentukan kadar tinggi rendahnya kualitas  aqidah kita. Maka dari itu kita membutuhkan Dalil dalil yang shoqih untuk mengetahui bagaimana Keagungan Tuhan kita. Berikut ini adalah sumber – sumber yang menjadi referensi untuk proses mengenal Allah atau Ma'rifatullah..
a.       Dalil Naqli (tekstual)
Allah berfirman (QS. 6 : 19):
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأُنْذِرَكُمْ  بِهِ وَمَنْ بَلَغَ  أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ  أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لاَ أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".
b.      Dalil Akal
Allah berfirman (QS. 3 : 190):
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأََرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لأَيَاتٍ لأُولِي الألَبْاَبِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
c.       Dalil Fitrah
Allah berfirman (QS. 7 : 172):
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia dengan segala sifat baik dan buruk yang terdapat dalam dirinya. Bagi mereka yang dapat memenejemen dirinya mengikuti sifat baiknya, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun manakala mereka mengikuti sifat buruk dalam dirinya, tentulah hal ini dapat menjadi penghalang dalam menempuh jalan menuju pengenalan terhadap Allah SWT. Secara garis besar terdapat beberapa hal (yang harus kita hindari) yang menghalangi manusia untuk mengenal Allah.
Hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah
- Kesombongan
- Dzalim  .
- Bersandar pada panca indera  .
- Dusta .
- Membatalkan janji dengan Allah  .
- Berbuat kerusakan/Fasad .
- Lalai  .
- Banyak berbuat ma’siyat .
- Ragu-ragu
Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di neraka. Karena wujud (eksistensi)  dan keberadaan Allah SWT didukung oleh dalil-dalil yang kuat:
BAB III
Kesimpulan

3.1              Kesimpulan
Aqidah adalah sesuatu perkara yang berperan sebagai pembenaran dari hati seorang manusia dan memperoleh ketenangan di dalamnya.Aqidah merupakan komponen terpenting dalam suatu keimanan seseorang. Tanpa tau makna aqidah yang sebenarnya maka seorang hamba akan mudah untuk disesatkan karena dia tidak mempunyai pondasi yang kuat.
Dalam garis besarnya aqidah mempunyai fungsi untuk melindungi manusia dari segala sesuatu yang menyesatkan dan penyimpangan dalam menjalani hidup di dunia.Maka dari itu kebutuhan manusia terhadap akidah sangatlah besar dan bisa dibilang merupakn kebutuhan utama dari manusia.
Dan dengan mengenal Allah SWT, kita akan lebih dapat untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya secara baik dan benar. Karena pemahaman yang baik akan mengantarkan pada amalan yang baik. Amalan yang baik akan mengarah pada hasil yang baik. Dan hasil yang baik, insya Allah akan mendapatkan keridhaan Allah SWT. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang benar-benar mentauhidkannya dalam segenap aspek kehidupan kita. Dan kita berlindung kepada-Nya dari kemusyrikan-kemusyrikan, baik yang kita sadari ataupun yang tidak kita sadar.
  
Daftar Pustaka :

Jamil ahmad,Mukhid,Mas'ud,dkk,Aqidah Akhlaq,Gresik:CV Putra Jaya.
Hadhiri Choiruddin,klasifikasi Kandungan Al-Qur'an,Jakarta:Gema InsaniPress,1994.
Ismail Muhammad,Bunga Rampai Pemikiran Islam,Jakarta:Gema Insani Press,1993.
Al Ghazali Muhammad,44 Persoalan Penting Tentang Islam,Jakarta:Gema Insani Press,1994.
Multazam,Beraqidah Cara Al Qur'an,Jakarta Ihsas Press,2002.
Al-Buraikan, Ibrahim Muhammad bin Abdullah. Pengantar Studi Aqidah Islam. Terj. 1998. Cet. I. Jakarta : Robbani Press & Al-Manar.




[1] Hasan Al Banna tt hal 465
[2] Al Jazairy, 1978, hal 21
[3] (Q.S. 51 :56)
[4] (Q.S,6 :122)
[5]  Said hawwa, Allah Jalla Jalaluhu dan Aqidah Seorang Muslim 1, Al Ummah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar