Senin, 17 Oktober 2011

Biologi Farmasi


MYCOBACTERIUM
Ada 2 spesies penting yang pathogen pada manusia, yaitu:
1.    Mycobacterium tuberculosa ( M.TBC)
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam. Isolasi identifikasi Mycobacterium tuberculosis pertama kali di lakukan oleh Robert Koch pada tahun 1882.
1.1    Bentuk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2-0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam. Merupakan bakteri miko bakteria adalah bakteri aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk spora.
1.2    Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37°C. Tidak tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum 6,4-7,0.
1.3    Sifat-sifat.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit.

1.4    Morfologi
a.    Bentuk     : Bacilus/batang, lurus/bengkok.
b.    Ukuran     : ± 0,4 x 3 μm
c.    Susunan    : terpisah sejajar
d.   Pewarnaan: Tahan terhadap asam.
Dengan cat Ziehl Nelson (ZN)
Tampak berwarna merah
( BTA + ) 
Tidak berspora, tidak bercapsul
Gambar 1. Mycobacterium
1.5    Kultur
Pada Medium Lowenstein – Jensen mengandung garam, asam oleat, gliserol, kuning telur, tepung kentang, Malachit Green yg menghambat bakteri lain.
Disimpan pada PH optimum 6,8 dan Suhu optimum 37˚C. Dimana bakteri tubercolosis merupakan bakteri yang bersifat obligat aerob.
Bentuk koloni bakteri Tubercolosis berupa bulat, kering dengan permukaan kasar, warna putih kekuningan.
1.6    Patogenesis
Perkembangan penyakit ditentukan oleh:
a.    Jumlah bakteri Mycobacterium yang masuk
b.    Virulensi bakteri
c.    Daya tahan Host ( inang )
1.7    Portal entry/ Penularan ( rute masuk bakteri )
a.    Inhalasi
b.    Ingestion
c.    Kontak langsung
Gambar 2. Penyebaran Mycobacterium Tuberculosa
Pada tingkat yang sangat dasar, siklus hidup bakteri TBC tidak terlalu rumit dan dapat dibagi menjadi 4 tahap dan ini adalah sebagai berikut:
a.    Tahap pertama adalah tahap tidak aktif ketika seseorang mendapat terinfeksi
b.    Tahap kedua adalah ketika bakteri akan aktif dan penyakit mewujud
c.    Tahap tiga mengacu pada penyebaran TBC saat penderitanya batuk dan bersin.
d.   Dan tahap keempat adalah bakteri memasuki tubuh orang lain melalui inhalasi dan siklus dimulai lagi.
1.8    Tempat predileksi
a.    Paru                      : TBC paru / kp
b.    Lymfonodi           : TBC kelenjar
c.    Kulit                     : TBC kulit/ cutis
d.   di limfe dan kulit  : scrofuloderma
e.    Vertebra               : spondilitis TB
f.     Mening                 : meningitis TBC
g.    Usus
h.    Ginjal
Gejala klinis penyakit tubercolosis tergantung pada organ mana yang terinfeksi
1.9    Diagnosis TBC
Penegakan diagnosis pada penyakit TB-paru dapat dilakukan dengan melihat
keluhan/gejala klinis, pemeriksaan biakan, pemeriksaan mikroskopis, radiologik dan tuberculin test. Pada pemeriksaan biakan hasilnya akan didapat lebih baik, namun waktu pemeriksaannya biasanya memakan waktu yang terlalu lama. Sehingga pada saat ini pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih banyak dilakukan karean sensitivitas dan spesivitasnya tinggi disamping biayanya rendah.
Seorang penderita tersangka dinyatakan sebagai penderita paru menular berdasarkan gejala batuk berdahak 3 kali. Kuman ini baru kelihatan dibawah mikroskopis bila jumlah kuman paling sedikit sekitar 5000 batang dalam 1 ml dahak. Dalam pemeriksaan ini dahak yang baik adalah dahak mukopurulen berwarna hijau kekuningan dan jumlahnya harus 3 – 5 ml tiap pengambilan. Untuk hasil yang baik spesimen dahak sebaiknya sudah dapat dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan berurutan. Dahak yang dikumpulkan sebaiknya dahak yang keluar sewaktu pagi
hari. Berikut ini adalah tahap dalam diagnosis penyakit Tubercolosis:
a.    Klinis
b.    Radiologis
c.    Bacteriologis
d.   Histopatologis
e.    Imunologis
1.9.1    Pemeriksaan Laboratorium
a.    Bahan pemeriksaan.
Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diperhatikan waktu pengambilan,tempatpenampungan, waktu penyimpanan dan cara pengiriman bahan pemeriksaan:
1)   Sputum(dahak), harus benar-benar dahak, bukan ingus juga bukan ludah. Palingbaikadalah sputum pagi hari pertama kali keluar. Kalau sukar dapat sputum yangdikumpulkan selama 24 jam (tidak lebih 10 ml). Tidak dianjurkan sputum yangdikeluarkan ditempat pemeriksaan.
2)   Air Kemih, Urin pagi hari, pertama kali keluar, merupakan urin pancaran tengah
3)   Sebaiknya urin kateter.
4)   Air kuras lambung, Umumnya anak-anak atau penderita yang tidak dapatmengeluarkan dahak. Tujuan dari kuras lambung untuk mendapatkan dahak yangtertelan. Dilakukan pagi hari sebelum makan dan harus cepat dikerjakan.
5)   Bahan-bahan lain, misalnya nanah, cairan cerebrospinal, cairan pleura, dan usapantenggorokan.
b.   Cara Pemeriksaan Laboratorium.
1)   Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri tahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan:
Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikatwarna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampumengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merahdengan warna dasar biru muda.
Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warnapertama, yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteriakan mengikat warna kedua. Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna biru tua dengan warna dasar biru yang lebih muda.
2)   Kultur (biakan),
Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen. Dapat pula Middlebrook JH11, juga sutu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapatdipakai Middlebrook JH9 dan JH 12.
3)   Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaan ini, mencari obat-obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.
Gambar 3. Uji Antibiotik Tubercolosis
c.    Pewarnaan Ziehl Nelson
1)   Buat hapusan pada obyek glass
2)   Cat ZN terdiri:
Ü  ZN  A = Fuchsin base
Ü  ZN  B = HCl atau H2SO4
Ü  ZN  C = Methylen blue
 
Gambar 4. Pewarnaan Ziehl Nelson
1.10 Penyebab
Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti :
1.      Faktor Sosial Ekonomi.
2.      Status Gizi.
3.      Umur.
4.      Jenis Kelamin.
1.11 Pengobatan
1.11.1                Obat yang sering dipakai :
a.    Iso Nikotinil Hidrazid / INH / isoniazid (H)
b.    Rifampicin (R)
c.    Pirazinamid (Z)
d.   Etambutol (E)
e.    Streptomicin (S)
Obat diberikan secara kombinasi untuk menghindari terjadinya resistensi
1.12  Pengendalian Dan Pencegahan
1.12.1    Terhadap Penderita
a.    Diagnosis dini
b.    Pengobatan dini dan adequat
c.    Isolasi, misalnya: sanatorium, rs.paru atau dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat
1.11.2    Terhadap orang sekitar penderita
a.    Balita        : imunisasi/ vaksin BCG
b.    Dewasa     : profilaksis dengan INH
1.11.3    Masyarakat
Memberikan Penyuluhan  TBC kepada masyarakat tentang gejala, bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.

2.    Mycobacterium leprae (M.leprae)
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat. Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.
2.1  Morfologi
a.    Bentuk           : bacilus / batang lurus atau batang bengkok
b.    Ukuran           : 1-7 μm X 0,2 – 1,4 μm
c.    Susunan : bergerombol , arah sejajar
d.   Tidak berspora, non motil, tidak berkapsul
e.    Bersifat tahan asam
f.     Tidak bisa dibedakan dengan M. TBC
2.2  Ciri-Ciri/ Gejala Klinis
Secara klinis dibagi 3 type:
a.       Type lepromatus ( L )
Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.
b.      Type tuberculoid ( T )
Ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).
c.       Type borderline ( B )
Penyakit kusta dengan tingkat keparahan yang sedang. Ditandai dengan adanya lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan, sedangkan bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.
2.3  Kultur
a.    Belum bisa dikultur pada media sintetis ataupun laboratorium.
b.    Pada tahun 1960 Sphephar berhasil membiakkan pada telapak kaki tikus putih
2.4  Patogenesis
Setelah M leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas selular (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem imunitas selular tinggi, penyakit berkembang ke arah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang ke arah lepromatosa. M leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respons imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkatreaksi selular daripada intensitas infeksi. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik.
2.5  Organ Predileksi
2.4.1   Kulit
a.        Bentukan makula, biasanya seperti warna     panu ( Achromi )
b.       Paling nyata di wajah, hidung, telinga, bisa timbul  nodul-nodul, Facies Lionina
2.4.2   Syaraf
a.        Di saraf perifer
Misalnya: n. ulnaris, n. radialis, n.auricularis magnus.
b.      Mengganggu fungsi saraf : motorik, sensorik dan autonom
         Gangguan motorik à Atrophy otot
         Gangguan sensorik à Anestesia Trauma à Infeksi à Mutilasi
         Gangguan autonom à Anhidrosis
2.4.3   Syndroma 4 A
a.       Achromia      : Tidak berwarna
b.      Anestesi        : Tidak terasa
c.       Atrophy         : Otot mengecil
d.      Anhidrosis     : Kering,
                                          i.      Tidak Berkeringat
2.6  Diagnosis/ Pemeriksaan
2.6.1   Klinis
a.    Inspeksi, dimana semua kelainan kulit di seluruh tubuh diperhatikan, seperti adanya makula, nodul, jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan kulit, dan kehilangan rambut tubuh (alopesia dan madarosis).
b.    Pemeriksaan sensibilitas pada lesi kulit dengan menggunakan kapas (rasa raba), jarum pentul yang tajam dan tumpul (rasa nyeri), serta air panas dan dingin dalam tabung reaksi (rasa suhu).
c.    Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada: n. auricularis magnus, n. ulnaris, n. radialis, n. medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior. Hasil pemeriksaan yang perlu dicatat adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan. Perhatikan raut muka pasien apakah ia kesakitan atau tidak saat saraf diraba.
d.   Pemeriksaan fungsi saraf otonom, yaitu memeriksa ada tidaknya kekeringan pada lesi akibat tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan menggunakan pensil tinta.
2.6.2   Bakteriologis
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut:
a.    Sediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
b.   Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik, kecuali tidak ditemukan lesi di tempat lain.
c.    Pemeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
d.   Bahan hapusan untuk pemeriksaan M. leprae dari:
Ü Scraping (kerokan) lesi di kulit
Ü Scraping mucosa hidung
Ü Transudat dari cuping telinga (REITZ Serum)
e.    Sediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena:
Ü Tidak menyenangkan pasien.
Ü Positif palsu karena ada mikobakterium lain.
Ü Tidak pernah ditemukan M. leprae pada selaput lendir hidung apabila sediaan apus kulit negatif.
Ü Pada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir hidung lebih dahulu negatif daripada sediaan kulit di tempat lain.
f.    Pemeriksaan bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu Ziehl Neelsen, dengan pewarnaan Ziehl Nelsen di temukan BTA
g.   Cara menghitung BTA dalam lapangan mikroskop ada 3 metode, yaitu cara zig zag, huruf z, dan setengah/seperempat lingkaran. Bentuk kuman yang mungkin ditemukan adalah:
Ü  bentuk utuh (solid),
·         Dinding sel tidak putus
·         Mengambil zat warna secara merata.
·         Panjang kuman 4 x lebarnya
Ü  pecah-pecah (fragmented),
·      Dinding sel terputus mungkin sebagian atau seluruhnya.
·      Pengambilan zat warna tidak merata ( kecuali sebagian tengah masih dianggap utuh ).
Ü  granular (granulates),
·         Kelihatan seperti titik-titik tersusun garis lurus atau berkelompok.
Ü  Globus,
·      Beberapa BTA utuh atau granulai mengadakan ikatan/ Kelompok- kelompok.
·      Kelompok kecil 40-60 BTA.
·      Kelompok besar 200- 300 BTA.
Ü  clumps.
·      Beberapa bentuk granular membentuk pulau-pulau tersendiri ( lebih dari 500 BTA


2.6.3   Histopatologis
Gambar 1. Hispatologis Bakteri
2.6.4   Imunologis
 
Gambar 2. Mycobacterium Leprae

2.7  Terapi
Dimana bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
Untuk pengobatan penyakit Lepra dibagi menjadi 2, yaitu:
a.       Multi Baciller (Mb): Bila Bta (+)
Rifampicin, DDS ( Diamino Diphenil Sulfon), Klofazimin (Lamprene) Diberikan dalam 12 – 18 bulan
b.      Pausi Baciller (Pb): Bila Bta (–)
Rifampicin, DDS
Diberikan dalam 6 – 9 bulan
2.8  Pencegahan
a.    Identifikasi, diagnosis dan pengobatan dini
b.    Pengobatan adequat
c.    Edukasi anggota keluarga
d.   Jaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal
2.9         Epidemiologi
a.       Penderita lepra : sumber infeksi
b.      Penularan : kontak langsung, lama dan erat
c.       Penularan mudah pada :
Ü Sosioekonomi rendah
Ü Pemukiman padat
Ü Rumah tidak sehat
Ü Kurang gizi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar