Senin, 10 Oktober 2011

Konsep Islam dalam Proses Terjadinya Manusia


KONSEP ISLAM DALAM PROSES TERJADINYA MANUSIA

Disusun Oleh:

Anita Meilina Akhmad (102210101043)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2010

 BAB I

 PENDAHULUAN

 1.1      Latar Belakang
          Allah menciptakan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Tetapi pada zaman seperti sekarang ini, manusia tidak lagi ingat siapa yang menciptakan mereka dan apa tujuan mereka diciptakan. Manusia saat ini lebih cenderung melanggar perintah-Nya daripada menjalankan perintah-Nya. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses pembuatan manusia menutut al-quran , hadist, maupun iptek.
 1.2      Rumusan Masalah
       Diciptakannya manusia tidak lain adalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Senantiasa selalu bertaqwa kepada-Nya, menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya. Sehingga kita sebagai manusia menjadi pribadi yang berakhlaq mulia.
 1.3      Tujuan
         Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah unruk menjelaskan bagaimana proses pembuatan manusia dan siapa pencipta-Nya berdasarkan al-quran, hadist, dan iptek. Sehingga manusia dapat lebih bertaqwa kepada Allah SWT.

BAB II

KONSEP ISLAM TERHADAP PROSES KEJADIAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIOT AL-QUR’AN, HADIST, SERTA IPTEK

2.1  Proses Penciptaan Manusia


Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut :
1.      Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermatozoa)
2.      Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3.      Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4.      Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

2.2.1   Setetes Mani

Setetes persetubuhan seksual , 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5 menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“ Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan ?” ( QS. Al-Qiyamah : 36-37 )
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur’an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut bersal dari ilahi.
2
2.2.2   Segumpal Darah yang Melekat  di Rahim

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “ segumpal daging ”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. [1]
Di sini,pada bagian ini,satu kejaiban penting dari al-quran terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “ alaq ” dalam al-quran:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari alaq (segumpal darah).bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah ”(QS.Al-Alaq: 1-3)
Arti kata Alaq dalam bahasa arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”

2.2.3   Pembungkusan Tulang Oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat al-quran adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang yang terbentuk, danselanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging.kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik” (QS. AL-Mukminun: 14)

2.2.4   Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim

Sebagai mana yang akan dipahami,dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat dalam rahim ibu.
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagai berikut :

a)      Tahap Pre- Embrionik


Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel  yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnyapun mengetur diri mereka sendiri guna membentuk 3 lapisan.

b)     Tahap Embrionik


Tahap kedua ini berlangsung selama 5 setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut “ embrio ”. Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.

c)      Tahap Fetus


Dimulai dari tahap ini dan seterusnya bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

2.2  Manusia dari Perspektiot al Qur’an dan al Hadist serta Iptek


 Menurut Raghib Al Asfahani seorang pakar bahasa al Qur’an, sebagaimana dikutip Quraish Shihab memandang kata taqwim pada ayat ini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibandingkan binatang, yaitu akal, pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak lurus. Jadi, kalimat ahsanu taqwim berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, yang dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin. Berarti sebaik-baik bentuk dalam ayat ini tidak bisa hanya difahami baik dalam bentuk fisik semata, namun juga baik dalam bentuk psikisnya. Allah berbuat demikian karena Allah ingin menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Oleh karenanya Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Al-Qur’an dengan gamblang menjelaskan bahwa manusia telah diserahi “mahligai/singgasana” untuk bertahta yaitu dunia, power untuk berbuat yaitu kekuatan fisik dan psikis, serta sarana dan prasarana yaitu alam semesta termasuk di dalamnya hewan dan tumbuhan, yang bisa digunakan manusia untuk kesejahterannya.
Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjukkan arti manusia, yaitu kata insan, kata basyar dan kata Bani Adam. Kata insan dalam al-Qur'an dipakai untuk manusia yang tunggal, sama seperti ins. Sedangkan untuk jamaaknya dipakai kata an-nas, unasi, insiya, anasi. Adapun kata basyar dipakai untuk tunggal dan jamak. Kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya dan anasa, maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian adanya kaitan dengan sikap, yang lahir dari adanya kesadaran penalaran Kata insan digunakan al-Qur'an untuk menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain adalah akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan .
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk berpribadi, sebagai makhluk yang hidup bersama-sama dengan orang lain, sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam dan sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh oleh Allah. Manusia sebagai makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai makhluk yang hidup di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan dan yang mengasuhnya. Selain itu manusia sebagai makhluk pribadi terdiri dari kesatuan tiga unsur yaitu : unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani . Al-Qur'an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi-samawi dan semi duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat : mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, lagit dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat-Nya.                                 
                                        
BABIII
KONSEP MANUSIA MENURUT ANTROPOLOGI
 
 Dalam Antropologi Filsafat, konsep manusia selalu dirumuskan oleh kelompok tertentu secara struktural memiliki kemungkinan untuk mengekspresikan ideal budayanya. Dalam sejarah terlihat bahwa kelompok bawah tidak memperoleh kesempatan secara struktural untuk merumuskan cita-cita kemanusiaanya secara verbal dan mewujudkannya secara nyata dalam kehidupannya dalam masyarakat. Ini tidak berarti bahwa mereka tidak memiliki kesadaran akan kemanusiaannya tetapi mereka terhambat secara struktural untuk mengungkapkan gambaran kemanusiaannya. Hal ini tang dikatakan kebudayaan "diam", seperti yg dikatakan oleh Paulo Freire.
De factonya kelompok bawah hanya menerima formulasi konsep kemanusiaan
dari atas, kelompok yang lebih dominan. Kelompok bawah menginternalisasikan nilai-nilai itu sehingga cita-cita kemanusiaan sama dengan cita-cita kelompok penentu.
Kelompok elit yg secara ekonomis kuat berusaha menciptakan idea budaya sesuai dengan kelompoknya. Pola kehidupan mereka adalah pola kemanusiaan yang konsumtif. Mereka lebih dikenal dengan Humanisme borjuis.
Humanisme borjuis ini mendasarkan diri pada hubungan manusia dengan
dunia material. Namun seringkali hubungan humanisme borjuis ini merusak hubungan sosial : yang kuat membangun wilayahnya dengan kerja dari yang lemah. Perbedaan cara hidup dari yang kuat, yaitu kelompok yang mengusai modal, ilmu dan teknologi dan yang lemah teralienasi dari kerja danhasil kerjanya semakin kentara. Terjadilah proses yang kurang manusiawi secara eksistensial adalah kelompok yang lemah, mka inisiatif harus muncul dari kelompok itu sendiri. Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok bawah ini secara struktural tak dimungkinkan untuk mengekspresikan cita-cita kemanusiaannya.

 BAB 4 
CIRI – CIRI DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA
 4.1  Ciri-ciri Manusia

Adapun ciri-ciri manusia adalah sebagai berikut :

4.4.1 Keimanan Yang Utuh
Keimanan kepada Allah swt adalah paksi pembinaan negara dan ummah. Dengan keimanan itu akan lahirlah individu yang unggul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan dunia dan akhirat. Allah swt berfirman dalam surah al-Asr1-3:
' Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal salih yang berpesan dengan kebenaran dan berpesan dengan kesabaran'..
Beriman kepada Allah adalah proses peralihan jiwa manuisa daripada menganggap dirinya bebas daripada sebarang kuasa dan ikatan serta tanggungjawab kepada ketundukan mengaku tanpa syarat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu Rasulullah. Iman merangkumi tiga unsur utama, pengetahuan yang mendalam, kepercayaan yang jitu dan keyakinan yang teguh. Ketiga-tiga unsur ini akan membentuk iman yang kukuh yang menjadi tonggak kekuatan ruhaniyah yang cukup kental untuk membina jiwa dan jasmani manusia. Keteguhan iman juga merupakan penghalang daripada melakukan kejahatan dan maksiat.
4.4.2    Pelaksanaan Amal Ibadat
Keimanan tanpa ketaatan melalui amal ibadat adalah sia-sia. Seseorang yang berpribadi unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan dalam kehidupan sehariannya. Bahkan jika dikaji tujuan Allah menjadikan manusia itu sendiri ialah supaya beribadat kepada-Nya. Firman Allah swt :
' Tidak Aku ciptakan jin dan manusia itu melainkan untuk beribadat'.
( Surah az-Zariat : 56 )
Ibadat adalah bukti ketundukan seseorang hamba setelah mengaku beriman kepada Tuhannya. Ibadat yang dimaksudkan di sini termasuklah ibadat khususiah yang menyentuh fardhu ain dan juga fardhu kifayah yang merangkumi hubungan manusia sesama         manusia.
Justeru itu, bagi individu yang berperibadi unggul, seluruh hidupnya baik hubungannya dengan Pencipta ataupun masyarakat adalah dianggap ibadat.
4.4.3    Akhlak Mulia
Akhlak mulia bagi pribadi unggul adalah hasil keimanan yang kental. Ini disebabkan tali ikatan yang menjalinkan hubungan antara individu dengan masyarakat terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat tersebut.
Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh Islam. Rasulullah saw adalah contoh utama pembentukan akhlak. Dalam sebuah hadith, baginda saw bersabda,
'Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia'.
( Riwayat Ahmad )
                4.2         Tujuan Hidup Manusia

Tujuan hidup manusia sudah jelas adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana sering kita ucapkan dalam doa :

“ Rabbana aatina fiddun-yaa hasanah wafil akhirati hasanah, waqinaa adzabannar ”

Untuk mendapatkan kebahagiaan telah diuraikan di depan, adalah berusaha untuk menjadi Ahsani Taqwim dan khalifah fil ardi, namun untuk kebahagiaan akhirat perlu kita teliti lebih jauh.
Batas kehidupan akhirat adalah kematian, sebagaimana firman Allah SWT:

“setiap yang berjiwa pasti akan mati. ”(QS.Ali imran : 185)

Kalau kita bicara tentang suatu kepastian maka mati adalah suatu hal yang pasti kita alami semua, maka pertanyaan berikutnya adalah sesudah mati, kita akan kemana?
Kembali lagi Al QurĂ¡n memberi petunjuk sesungguhnya kita berasal dari Allah, dan akan kembali kepada Allah.
sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.”(QS.Al Baqarah:156)
Pertanyaan berikutnya, apa benar kita akan kembali kesana, bagi para pemikir kritis akan bertanya bagaimana caranya (metodenya). Kita sadari bahwa diri kita bisa di bedakan atas dua bagian utama yaitu unsur fisik dan metafisik(jasad dan rohani).
Jasad yang dikubur itu akan mengalami pembusukan / pelapukandan tenyu saja akan terurai menjadi unsur-unsur benda mati kembali.

BAB III

KESIMPULAN


          Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa Allah menciptakan manusia sedemikian sempurnanya, sehingga kita di beri akal, pikiran, serta nurani adalah untuk berpikir dan senantiasa bertaqwa pada Allah SWT. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus senantiasa mengingat dan taat kepada Allah serta menjalani semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. 
          Demikian akhir dari makalah kami. Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

http://catping.blogspot.com/2010/06/konsep-manusia-dalam-antropologi.html


[1]Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar