Senin, 17 Oktober 2011

Biologi Farmasi


MYCOSIS
1.    Superficial Mycosis
1.1.   Dermatophitosis
Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.
trichophyton2trichophyton_menta
Gambar 1. Trichophyton
1.2 Etiologi
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.
Cara penentuan dermatofitosis terlihat pada bagan dan garnbar (dibawah ini). Selain sifat keratinofilik ini, setiap spesies dermatofita m empunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton verukosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.
1.3 Gambaran Klinis
Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.
1.4 Cara Penularan
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung, yaitu:
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.
3. Faktor-suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
5. Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh
(topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.
6. Pembagian / Lokasi Jamur
Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang.
Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut :
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah da ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran
klinik yang khas.
Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang .
Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).
 (Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)
 Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat.
Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4.Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.
3. Trikotilomania
1.2 Tinea Korporis
(Tinea circinata=Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. penyakit ini sering menyerupai :
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.
1.3 Tinea Kruris
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya macula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites. Diferensial Diagnosa :
1. Kandidiasis inguinalis
2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea
1.4 Tinea Manus Dan Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis
1. Bentuk intertriginosa
keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak
kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan :
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa
1.5 Tinea Unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites
Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten
1.6  Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
a.      Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.
b.      Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi. Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan:
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam
1.7 Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun
1.2. Pitiriasis Versicolor
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
1.2.1 Morfologi
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.
Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
·      Bentuk makuler :
Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan
tepi tidak meninggi.
·      Bentuk folikuler :
Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut
1.2.2 Patogenesis
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari i saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.
1.2.3 Gambaran Klinis
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.
1.2.4 Folikulitis
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin
Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis, menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.
Diagnosa Banding
Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium tua, pitiriasis rosea vitiligo, morbus hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.
Cara Menegakkan Diagnose
Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezi fulfurdiagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut :
a.       Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur,maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarakjarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendekpendek, lurus atau bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.
b.      Pembiakan.
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.
bPemeriksaan dengan sinar wood,dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai orange.
a.      Pengobatan
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu.
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan griseofulvin.
1.5 Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah beriklim panas. Di Indonesia frekuensinya tinggi.
1.3 Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam :
Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli
Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal
1.3.1 Piedra Beigell
Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh.
1.3.2 Etiologi
Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan)
1.3.3 Morfologi
Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.
1.3.4 Patogenesis
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi.
1.3.5 Gambaran Klinis
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya
tidak memberikan gejala-gejala keluhan.
1.3.6 Diagnosa Laboratorium
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis
- pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.
1.3.7 Pengobatan
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus dilutus.
1.3.8 Piedra Hortal
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
Ü  Pada rambut
Ü  White piedra :    causa Tricosporon beigelii
Ü  Black piedra :     Causa Piedra hortai

          
2.      Subcutaneus Mycosis
a.    Sporotrichosis
Ü  Causa : fungus sorothrix scheenkii
Ü  Traumatic inoculation yang menembus kulit
Ü  Menyebar secara lymfogen
Ü  Ke kulit, otot, tulang
Ü  Morfologi sporothrix scheenkii
o   Tumbuh pada media soubourouds pada suhu ruang
o   Koloni coklat – kehitaman
o   Hypha bercabang dan bersepta
o   Conidia melekat di distal
Ü  Gejala klinis
o   Inkubasi 1- 4 mgg
o   Timbul nodule subcutan, kecil, mobile, kemerahan atau kehitaman
o   Timbul ulkus
sporothrix_schenckii mold1Sporotrichosis-cdc2
Gambar Sporotrichosis

a.      Mycetoma
Gejala klinis
Ü  Diawali traumatic inoculation
Ü  Predisposisi di kaki bawah dan tangan
Ü  Dapat timbul :
·         Abses 
·         Granulomatous
·         Koloni + kotoran abses menyatu dengan jaringan sub cutan menjadi mengeras

b.      Kromomikosis
c.       Zigomikosis
3.      Sistemic Mycosis
4.1  Coccidioidomycosis
Causa: fungi coccidioides immitis
Epidemiologi: di temukan th. 1892, endemis di barat daya USA, utara Mexico dan bagian benua amerika tengah dan selatan.
         Morfologi
         Hypha bersepta
         Dari hypha tumbuh “ spherules” bentukan bulat berdinding tebal, berisi spora kecil-kecil (endospora)
         Endospora ini mudah di terbangkan udara (airborne)
         Mudah terhirup (inhalasi)
         Tahan terhadap cuaca dingin dan panas
40x_c_immitis_spherule
         Gejala klinis
a.       Infeksi masuk via inhalasi
b.      Resiko tinggi : petani, pekerja tambang, pekerja konstruksi, arkeolog
c.       Terdapat dalam 2 bentuk, yaitu :
q   Primary coccidioidomycosis
Pada paru
Demam, batuk, nyeri dada
Berat badan turun
Thorax Ro: tampak nodule di lobus inferior
Sebagian besar sembuh tanpa komplikasi
Sebagian kecil timbul kaverne, calsifikasi di paru
coccidioidomycosis paru
q   Secondary coccidioidomycosis
       Beberapa bulan pasca infeksi primer
       Bersifat kronis dan progresif (pada paru)
       Gejala remisi dan excaserbasi
       Bisa menyebar ke ekstra paru, sering pada kulit, menings dan tulang
Diagnosis
a.    Dengan skin test
b.    Menggunakan Coccidioidin (ekstrak mycellium C. immitis)
c.    Test +, bila timbul indurasi dengan diameter > 5 mm
d.   Test -, untuk eliminasi kasus
4.2  Hystoplasmosis
         Causa : fungi Histoplasma capsulatum
         Pada 1940:
Survey pada pelajar perawat di USA, beberapa orang dengan tes Tuberculin negative, ternyata pada pemeriksaan Ro Thorax terdapat calcifikasi di paru
         Morfologi : ada 2 type coloni
a.       Type A (Albino)
b.      Type B (Brown)
Type B lebih patogen
Memproduksi makrokonidia lebih banyak
         Culture
a.       Tumbuh pada suhu < 35° C dalam bentuk hyphae / molds
b.      Pada suhu 37° C tumbuh dalam bentuk yeast
c.       Tumbuh lambat, sempurna dalam 8 – 12 mgg
d.      Pada suhu < 35°C menghasilkan makrokonidia dan mikrokonidia
e.       Mikrokonidia
Ü  Single
Ü  Diameter 1 - 5  µm, mudah diterbangkan di udara
f.       Makrokonidia
Ü  Dinding yang tebal
Ü  Diameter 8 - 16 µm
Ü  Lebih tahan lingkungan kering
Histoplasma capsuhistoplasma capsulat
Oportounistic Mycosis
Epidemiologi
H. capsulatum tumbuh di tanah dengan kandungan nitrogen tinggi Berhubungan dengan kotoran unggas, sering di sarang burung, kandang ayam, gua kelelawar
Di temukan:
USA : Ohio, Missisipi
Amerika latin, Afrika
Asia: Indonesia, Philiphines
Ü  Gejala klinis, ada 3 bentuk :
a. Accute pulmonary histoplasmosis
         Ringan: flu like illness
         Moderat : batuk, nyeri dada, sesak.
         Berat :
         Seperti moderat disertai gangguan pernapasan, Ro : terdapat multiple lession dan lymphadenopathy hillus
Penyembuhan, bisa :
         Sempurna tanpa sisa
         Ada sisa kalsifikasi atau fibrosis di paru
         Calsifikasi karena histoplasmosis lebih teratur dibandingkan karena TBC
b. Chronic pulmonary histoplasmosis
         Banyak pada laki-laki dewasa
         Timbulkan penyakit paru obstruktif, sering terjadi emphisema
         Lokasi tersering di apec paru
c.    Dissaminated histoplasmosis
Menyebar ke organ ekstra paru
Terutama pada Reticulo Endotelial System (RES):
Ü  Liver
Ü  Spleen (lien)
Ü  Lymfonodi
Ü  Sumsum tulang
Sering bersifat akut akut dan progresif
Ü  Gejala:
o     Hepatomegali
o     Spleenomegali
o     Anemia
o     BB turun
Ü  Diagnosis
o    Dengan skin test menggunakan antigen histoplasmin dari ekstrak mycellium Histoplasma, positif bila timbil indirasi diameter > 5 mm, setelah 48 jam injeksi intra dermal
o    Ro Thoraks
o    Pewarnaan dan kultur
4.3  Blastomycosis
         Causa : fungi Blastomyces dermatitidis
         Epidemi di amerika utara
         Morfologi :
         Pada suhu 35 °C koloni tumbuh dengan filamen hypha bersepta
         Koloni berwarna putih seperti kapas
blastomyces dermatitidis_yeast
         Gejala klinis
         1. Pulmonary Blastomycosis
Ø   batuk, nyeri dada, hemoptisis, panas, BB turun
         2. Cutaneus Blastomycosis
Ø   di wajah, tangan, kaki
         3. Dissaminated Blastomycosis
Ø   menyebar ke GI tract, otak, tulang
         Terapi mycosis sistemic:
         Obat anti fungal secara intra vena
         Misalnya Amphoterisin B, Ketokonasole, Fluconasole
         Pengobatan symtomatis lainnya
4.      Oportunistic Mycosis
Infeksi pada individu dengan status imun yang turun ( imuno compromise )
Misalnya pada  penderita:
         Carcinoma, lymfoma, leucemia
         Diabetes melitus
         AIDS
         Dgn terapi: antibiotik lama, corticosteroids, citostatika, radiasi, radioterapi
         Lansia, neonatus, hamil
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.
5. Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik
Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu .
6.  Diferensial Diagnosa
Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi gejalagejala yang sama.
7. Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat.
8. Pengobatan
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan.


JAMUR
1.      Candidiasis / Candidosis
Ü  Causa  fungi Candida sp.
         Tu : C. albicans
        C. tropicalis
        C. pseudotropicalis
        C. paraspilopsis
        C. stelatoidea
         Morfologi
         Pada SGA tumbuh koloni kecil berwarna putih dengan permukaan basah dan mengkilat ( halus )
         Secara mikroskopis tampak banyak budding yeast, rangkaian spora yang memanjang seperti hyphae (pseudohypae)

CANDIDA ALBICANS2candida

Gejala klinis candidiasis
         Candidiasis pada mukosa
         Candidiasis pada kulit / cutis
         Candidiasis sistemic
Ü  Candidiasis pada mukosa
1. candidiasis oral
         Sinonim moniliasis
         Sering pada neonatus
         Di mukosa pipi, lidah palatum
2. candidiasis vagina
         Sering pada wanita hamil, gemuk
         Di mukosa vagina, putih seperti gumpalan susu
         Keluhan : Fluor albus ( keputihan ), gatal, panas dan dispareneu
Candidiasis pada kulit
         1. candidiasis intertriginosa
         Di lipatan paha, aksila, payudara, sela jari
         2. candidiasis perianal
         3. candidiasis generalisata
         Pada keadaan yang sangat buruk, hampir di seluruh tubuh
Candidiasis Sistemic
         Penyebaran secara hematogen
         Bisa di saluran pernapasan, GI tract, menings, endocard
         Sering menyebabkan kematian
2. Aspergilosis
         Causa : fungi aspergillus sp
         Tu : A. fumigatus
         A. flavus
         A. niger
         A.nidulans
         Morfologi :
Ø   secara mikroskopis khas adanya conidiospores dengan vesicel besar diujungnya seperti ganda
Aspergillus niger%
aspergilus niger 3aspergillus niger 2
         Patogenesis
q   Bentuk alergi
Ø   misalnya pencetus serangan asma
q   Non Invasif
Ø   misalnya di MAE, Hidung, Kornea, di kavitas paru yang sudah ada
q   Invasif
Ø   masuk ke paru menyebabkan nekrosis
Ø  Dapat menyebar hematogen
q  Topical :
Ø  Larutan gentian violet
Ø  Mikonasole, ketokonasole, itrakonasole (cream/oint)
q  Sistemic :
Ø  Nistatin oral
Ø  Amphoterisin B, I.V
Ø  Ketokonasole, fluconasole, I.V






Tidak ada komentar:

Posting Komentar